Daftar Nominasi Piala Maya 2013!


Menyebarkan semangat cinta kepada film tanah air, penghargaan Piala Maya kembali hadir dengan tema Ragam Corak Film Indonesia. Ini menjadi tahun kedua ajang penghargaan ini digelar sejak tahun 2012.
Tak jauh berbeda dengan sistem penilaian sebelumnya, Piala Maya 2013 menyaring nominasi terpilih melalui penilaian 100 komite yang terdiri dari berbagai praktisi lintas usia.
"Sistem penilaian sama kayak tahun lalu. Nantinya akan dinilai sama 100 komite terpilih," kata Daniel Irawan, Ketua Komite Pemilih Piala Maya 2013 lewat jumpa persnya di Sae Institute, Senayan Jakarta, Senin (9/12).
Beberapa kategori yang jarang disentuh oleh ajang penganugerahan insan film pun dihadirkan di dalamnya. Rencananya, malam puncak Piala Maya 2013 sendiri akan digelar pada tanggal 21 Desember mendatang.
Adapun daftar nominasi Piala Maya 2013 adalah sebagai berikut:
- NOMINASI SUTRADARA TERPILIH:
1. Riri Riza (Sokola Rimba)
2. Upi (Belenggu)
3. Dinna Jasanti (Laura & Marsha)
4. Ifa Isfansyah (9 Summers 10 Autumns)
5. Mouly Surya (They Don't Talk About Love When They Talk About Love)
- NOMINASI AKTOR UTAMA TERPILIH:
1. Abimana Aryasatya (Belenggu)
2. Ikranagara (Sang Kiai)
3. Joe Taslim (La Tahzan)
4. Reza Rahardia (Habibie & Ainun)
5. Vino G Bastian (Rumah Musim Hujan)
- NOMINASI AKTRIS UTAMA TERPILIH:
1. Adinia Wirasti (Laura & Marsha)
2. Julia Perez (Gending Sriwijaya)
3. Prisia Nasution (Sokola Rimba)
4. Ratu Felisha (Something In The Way)
5. Ririn Ekawati (Kisah 3 Titik)
- NOMINASI AKTOR PERAN PENDUKUNG TERPILIH:
1. Agus Kuncoro (Gending Sriwijaya)
2. Alex Komang (9 Summers 9 Summers 10 Autumns)
3. Didi Petet (Madre)
4. Landung Simatupang (Rumah Musim Hujan)
5. Mathias Muchus (Hari Ini Pasti Menang)
- NOMINASI AKTRIS PERAN PENDUKUNG TERPILIH:
1. Ayushuta (They Don't Talk About Love When They Talk About Love)
2. Christine Hakim (Sang Kiai)
3. Dewi Irawan (9 Summers 10 Autums)
4. Imelda Therinne (Belenggu)
5. Jajang C Noer (Rumah Musim Hujan)
- NOMINASI AKTOR PENDATANG BARU TERPILIH:
1. Reza Nangin (Cinta Tapi Beda)
2. Anggun Priambodo (They Don't Talk About Love When They Talk About Love)
3. Natalius Chendana (3Sum)
4. Zhendy Zain (Hari Ini Pasti menang)
5. Ronny P Tjandra (3Sum)
- NOMINASI AKTRIS PENDATANG BARU TERPILIH:
1. Christy Mahanani (Vakansi Yang Janggal)
2. Karina Salim (They Don't Talk About Love When They Talk About Love)
3. Mak Gondut (Demi Ucok)
4. Maryam Supraba (Kisah 3 Titik)
5. Geraldine Sianturi (Demi Ucok)
- NOMINASI PEMAIN CILIK TERPILIH:
1. Jafhan Nathanio (Tampan Tailor)
2. Nyungsang Bungo (Sokola Rimba)
3. Shafil Hamdi Nawara (9 Summers 10 Autumns)
4. Bintang Panglima (Leher Angsa)
5. Coboy Junior (Cobot Junior The Movie)
- NOMINASI AKTOR OMNIBUS TERPILIH:
1. Lukman Sardi (Rektoverso)
2. Barry Prima (Pintu Harmonika)
3. Indra Birowo (Roctoverso)
4. Donny Damara (Pintu Harmonika)
5. Winky Wiryawan (3Sum)
- NOMINASI AKTRIS OMNIBUS TERPILIH:
1. Acha Septriasa (Rectoverso)
2. Aline Adita (3Sum)
3. Dewi Irawan (Rectoverso)
4. Jenny Zhang (Pintu Harmonika)
5. Karina Salim (Pintu Harmonika)
- NOMINASI PENULIS CERITA & SKENARIO TERPILIH:
1. Sammaria S (Demi Ucok)
2. Upi (Belenggu)
3. Mouly Surya (They Don't Talk About Love When They Talk About Love)
4. Swastika Nohara (Hari Ini Pasti Menang)
5. Teddy S (Something In The Way)
- NOMINASI PENULIS SKENARIO ADAPTASI TERPILIH:
1. Ifa Isfansyah, Fajar Nugros, Iwan Setyawan (9 Summers 10 Autumns)
2. Donny D, Hilman Mutasi, Sunil Soraya (5Cm)
3. Ginatri S Noer, Ifan A Ismail (Habibie & Ainun)
4. Ve Handojo, Key Mangunsong, Indra Herlambang, Ilya Sigma, P Dwisastria (Rectoverso)
5. Riri Riza (Sokola Rimba)
- NOMINASI PENATA KAMERA TERPILIH:
1. Yunus Pasolang (They Don't Talk About Love When They Talk About Love)
2. Ipung Rahmat Syaiful (Habibie & Ainun)
3. Roy Lolang (Laura & Marsha)
4. Yudi Datau (5CM)
5. Yadi Sugandi (Rectoverso)
- NOMINASI PENYUNTING GAMBAR TERPILIH:
1. Aline Jusria (Laura & Marsha)
2. Cesa D Lukmansyah & Ryan Purwoko (Rectoverso)
3. Wawan I Wibowo (Belenggu)
4. Cesa David, Aline Jusria, Faesal Rizal (NOAH)
5. Sastha Sunu (5CM)
- NOMINASI PENATA ARTISTIK TERPILIH:
1. Iqbal Marjono (Belenggu)
2. Aek Bewava (Legend of Trio Macan)
3. Frans XR Paat (Sang Kiai)
4. Rico Marpaung (Cinta Dalam Kardus)
5. Ario Anindito (Finding Srimulat)
- NOMINASI EFEK KHUSUS TERPILIH:
1. Andi Manoppo (Belenggu)
2. Adam Howarth (Sang Kiai)
3. Mahadhika Caesar, Rivai Chen, Revi M (Hari Ini Pasti Menang)
4. Eltra Studio (Moga Bunda Disayang Allah)
5. Cindy Suryadji (Gending Sriwjaya)
- NOMINASI ILUSTRASI MUSIK TERPILIH:
1. Ananda Sukarlan (Hari Ini Pasti Menang)
2. Zeke Khaseli & Yudi Arfanu (They Don't Talk About Love When They Talk About Love)
3. Aghi Narottama & Bemby Gusti (Laura & Marsha)
4. Tya Subiakto (Habibie & Ainun)
5. Ricky Lionardi (Rectoverso)
6. Indra Lesmana (Adriana)
7. Aksan Sjuman (Sokola Rimba)
8. Yovial Tri Purnomo Viegie (Sagarmatha)
- NOMINASI TATA RIAS WAJAH & RAMBUT TERPILIH:
1. Belenggu
2. Retno R Damayanti (Gending Sriwijaya)
3. Retno R Damayanti, Joy Revfa, Rezani Ramli (Habibie & Ainun)
4. Danny Boris Saragi & Sarwo Edi Kocom (Sang Kiai)
5. Jerry Octavianus (9 Summers 10 Autumns)
- NOMINASI PENATA KOSTUM TERPILIH:
1. Retno R Damayanti (Habibie & Ainun)
2. Retno R Damayanti (Gending Sriwijaya)
3. Andhika Dharmapermana (Belenggu)
4. Gemailia Gea Geriantiana (Sang Kiai)
5. Liza Masitha, Khairiyyah Sari, Auguste S (9 Summers 10 Autumns)
- NOMINASI FILM DAERAH TERPILIH:
1. Nagasari - Jawa Barat (Christopher Hanno, E Pradipto)
2. Negeri Di Bawah Awan - Papua (Ipong Wijaya)
3. Marginal - Sumetara Utara (M Riedho Pratama) Opique Pictures
- NOMINASI FILM ANIMASI TERPILIH:
1. Moriendo (Andret Pratama)
2. Booster (Eko Junianto)
3. Dance On (Rama York)
4. Sang Suporter (W Darmawan)
5. Petualangan Banyu dan Elektra Menyalakan Kota (Greeneration & Komunitas Sahabat Kota, WWF)
- NOMINASI DESAIN POSTER TERPILIH:
1. Coboy Junior The Movie
2. Laura & Marsha
3. Refrain
4. Vakansi Yang Janggal & Penyakit Lainnya
5. Rectoverso
- NOMINASI PENULISAN KRITIK FILM TERPILIH:
1. Mursala - Cinta dan Aturan Leluhur (Fuad Misbah)
2. Sokola Rimba - Protes Dari Orang Rimba
(Imam Teguh Santoso)
3. Cinta Tapi Beda - Cinta Klasik Dengan Intrik Yang Tak Menarik (A Humaidy)
4. Rectoverso - Definisi Cinta Yang Konkret (Elbert Reyner)
5. Habibie & Ainun (Theresia Agustina)
Sedangkan untuk 4 nominasi lainnya untuk kategori Film Bioskop, Film Pendek, Dokumenter dan Omnibus baru akan diumumkan pada Jumat (13/12). Lalu, satu special mention lagi akan diumumkan di malam puncak Piala Maya 2013. (kpl/aha/sjw)

Panduan Bikin Film Horror

Sekian waktu yang lampau kita (lagi-lagi) sempat dihebohkan dengan berita dari dunia perfilman Indonesia. Q Film Festival dicekal FPI? Bukan! Joko Anwar bikin musikal? Salah! Tapi, Tera Patrick, bintang ‘blue film’ kenamaan dari Amerika, berkenan jadi peran utama sebuah film horor Indonesia dengan judul yang sungguh membangkitkan rasa penasaran: Rintihan Kuntilanak Perawan.
Pertanyaannya: 1) Apakah kuntilanak yang merintih itu benar perawan? 2) Kok bisa aktris sekaliber Tera Patrick, yang pada jamannya melejit banget berkat film-film bertaraf internasional dengan tajuk macam Asian Street Hookers, 18 and Nasty, dan Best of the Breasts, bersedia ngasih kontribusi yang lumayan gede di perfilman nasional Indonesia? Dan nggak tanggung-tanggung. Kabarnya Tera jadi salah satu pemeran utama dari awal sampai akhir film, walo doi nggak fasih berbahasa Indonesia.



Memang rintihan bisa menembus semua perbedaan bahasa


Pilih tipe setan yang emang ada di tengah-tengah kita

Walopun penulis belum sempat nonton Rintihan Kuntilanak Perawan dengan mata kepala sendiri, penulis cuma bisa nebak-nebak kalau pemolesan alur dan skrip dalam film ini pasti patut diacungin jempol. Emang gak bisa dianggep enteng para pembuat film lokal kita! Pasti teknik penyutradaraan yang luar biasa dan skrip yang inovatif yang akhirnya bisa ngebujuk aktris sebeken Tera Patrick buat bikin gebrakan film horor pertamanya di tanah air kita. (Selain bayaran milyaran rupiah tentunya.) Dan gak bisa disangkal, mau seperti apapun akting Tera Patrick di sini, film ini bakal laris setengah mati di tengah masyarakat kita.
Kalo-kalo suatu saat kamu berminat ngedatengin bintang panas favorit kamu, atau kamu sekedar kepengan bikin film horor yang laku keras alias best-selling di Indonesia, nggak ada salahnya kamu tau syarat-syarat apa aja yang biasanya mesti dipenuhin sama film kamu…

1. Gunakan setan lokal.
Cinta produk dalam negeri! Indonesia emang negeri yang kaya, nggak cuma alamnya yang indah, pulaunya yang banyak, hutan dan lautan yang terbentang luas… Indonesia juga punya dunia MISTIS yang luar biasa. Setan-setan yang made in Indonesia beragam banget kaya pocong, kuntilanak/sundel bolong, genderuwo, tuyul, suster ngesot, leak bali, babi ngepet, wewe gombel, pastor buntung, hantu bencong, dan masih banyak lainnya. Yang jelas, setan apapun yang kamu pilih buat membintangi film kamu mesti punya latar belakang unik dan orisinil buat semakin mewarnai alur cerita. Misalnya waktu masih hidup putus cinta terus gantung diri, atau dulunya hiperseks sampai dirajam warga setempat.


2. Tunjukin sekelebat dunia maksiat.
Misalnya, adegan dugem penuh clubbers-clubbers yang tripping dan cewek-cewek semok berpakaian minim (biasanya para pemeran utama). Ini penting banget buat membangun cerita, karena latar belakang lifestyle mereka yang bersimbah dosa dan hedonisme bisa kamu jadiin patokan buat nentuin siapa aja yang mati nantinya. Cowok-cowok yang paling teler dan cewek-cewek yang paling vulgar bakalan jadi korban-korban yang cara matinya paling sadis. Terus, tokoh cewek yang paling sexy di seantero diskotek, nantinya yang bakal kerasukan setan, atau jadi cewek pembunuh (lihat #5).

waduh, nggak bener banget nih

3. Ada adegan syur.
Yaa, kira-kira 75% dari seluruh film lah. Paling mantap kalo salah satu settingnya di kolam renang umum yang anehnya selalu dalam keadaan kosong. Mau di Cikini, Ciater, atau Cihampelas, nggak ada bedanya, yang penting ada kolam. Dan bikini, pastinya.

Setelah dilihat-lihat, kayanya ini bukan dekat kolam manapun juga sih

4. Flashback adegan perkosaan yang ngelibatin setannya waktu masih idup.
Kalo setannya cewek berarti dulunya dia diperkosa, kalo setannya cowok, berarti dulunya dia yang pemerkosa.

Kebiasaan waktu idup yang susah diilangin

5. Ada adegan pembunuhan sadis.
Baik pembunuh maupun korbannya sebaiknya diperanin oleh cewek sexy, yang idealnya dalam keadaan nyaris telanjang sehingga bisa kelihatan makin banyak area tubuhnya yang terpercik darah segar.

Tapi make-up dan rambut entah gimana harus selalu tetep rapih ala kondangan

6. Cowok-cowok nanggung.
Tanpa henti mereka bakal ngeluarin lawakan katro gaya Dono-Kasino-Indro sepanjang film. Cowok-cowok ini biasanya berguna cuma biar suasana tegang adegan-adegan berdarah diselingi humor (jorok) yang bikin rileks, dalam adegan-adegan ‘cari kesempetan’ yang ngelibatin para tokoh cewek sexy. Kelakuan cowok-cowok nanggung ini harus bodoh, gengges, dan selalu punya niatan jorok. Mereka biasanya KO waktu akhirnya dapat kesempatan bercumbu sama satu-satunya cewek cakep yang seumur idup mau sama mereka, yaitu si cewek pembunuh (lihat #5).

Ada yang panjang umur abis kelakuannya begini, tapi biasanya mati cepat

7. Ada tokoh dukun.
Nah, dukun ini bisa jadi tumbal plot kalo udah mati gaya. Soalnya, konflik biasanya dimulai waktu tokoh-tokoh yang punya masalah percintaan seperti cemburu buta, ditolak cinta, atau ababil-isme yang lainnya datang ke dukun. Bukannya ngasih solusi, dukun ini biasanya bakal bikin konflik cerita makin ribet, karena BM ato banyak mau… mulai dari nagih duit di muka, minta tali BH eh tali pocong perawan, nyuruh gali kuburan janda, nyuruh makan serangga, minta potongan anggota tubuh manusia, sampe nagihin duit lagi, ada aja perintah dukun yang nyusahin idup para tokoh dari awal ampe akhir.

“Mbah Dukun? Udah nggak jaman, cyin! Panggil saya Mami…”

8. Pemeran cewek yang diganggu setan dalam keadaan tubuh sangat terekspos,
misalnya di kamar mandi pas lagi buka baju depan cermin, atau lagi mandi di bak atau shower, atau lagi tidur di kasur dalam keadaan telentang/mengangkang/mengundang. Kadang juga mereka diganggu setan/pocong/kuntilanak waktu lagi bercumbu, biasanya di atas ranjang besar yang ditutupin kelambu. Bonus +10 kalo sampe terjadi adegan panas antara si cewek sama si setan. Bonus +100, kalo menjelang akhir film ternyata si cewek hamil gara-gara si setan.

Kadang setan juga punya kebutuhan

9. Make-up dan special effects film yang canggih punya.
Jangan lupa sediain obat pemutih, putih telor sama kapur papan tulis buat ngebedakin pemeran setan kamu, sama darah sapi dicampur saos pepaya buat efek darah muncrat dalam adegan-adegan horor.

“Say, kayanya lampunya mending matiin aja deh…”

10. Judul orisinil yang kontroversial.
Yang terakhir tapi mungkin terpenting, siapin judul film yang bikin publik gak mungkin gak nengok ke poster film kamu. Selain sinematografi mantap dan plot ground-breaking kaya yang udah diterangin di atas, judul-judul seperti Siksa Kubur Pelacur, Kasur Pengantin Berdarah dan Desahan Pocong Menopause bakal semakin mendongkrak peluang film horor kamu masuk box-office dan layak buat ditonton ulang berkali-kali.

Segera hadir, Raungan Syaitan Mandi Junub

Sumber

11 Film Pertama di Indonesia

Film Indonesia jaman sekarang sudah lumayan bergerak, dalm artian masih banyak produksi film indonesia yang kita lihat di putar di gedong bioskop di indonesia bahkan ada yang di putar di luar negeri. LUAR BIASA!! nah berbicara tentang film, mungkin terbersit dibenak kita, film indonesia yang mana yang pertama kali diproduksi di indonesia dan bahkan hasil produksi Orang Indonesia.

1. Loetoeng Kasaroeng (1926)

Loetoeng Kasaroeng adalah sebuah film Indonesia tahun 1926. Meskipun diproduksi dan disutradarai oleh pembuat film Belanda, film ini merupakan film pertama yang dirilis secara komersial yang melibatkan aktor Indonesia.

2. Eulis Atjih (1927)

Sebuah film bisu bergenre melodrama keluarga, film ini disutradarai oleh G. Kruger dan dibintangi oleh Arsad & Soekria. Film ini diputar bersama-sama dengan musik keroncong yang dilakukan oleh kelompok yang dipimpin oleh Kajoon, seorang musisi yang populer pada waktu itu. Kisah Eulis Atjih, seorang istri yang setia yang harus hidup melarat bersama anak-anaknya karena ditinggal suaminya yang meninggalkannya untuk berfoya-foya dengan wanita lain, walaupun dengan berbagai masalah, akhirnya dengan kebesaran hatinya Eulis mau menerima suaminya kembali walaupun suaminya telah jatuh miskin.

3. Lily Van Java (1928)

Film yang diproduksi perusahaan The South Sea Film dan dibuat bulan Juni 1928. Bercerita tentang gadis yang dijodohkan orang tuanya padahal dia sudah punya pilihan sendiri. Pertama dibuat oleh Len H. Roos, seorang Amerika yang berada di Indonesia untuk menggarap film Java. Ketika dia pulang, dilanjutkan oleh Nelson Wong yang bekerja sama dengan David Wong, karyawan penting perusaahaan General Motors di Batavia yang berminat pada kesenian, membentuk Hatimoen Film. Pada akhirnya, film Lily van Java diambil alih oleh Halimoen. Menurut wartawan Leopold Gan, film ini tetap digemari selama bertahun-tahun sampai filmnya rusak. Lily van Java merupakan film Tionghoa pertama yang dibuat di Indonesia.

4. Resia Boroboedoer (1928)

Film yang diproduksi oleh Nancing Film Co, yang dibintangi oleh Olive Young, merupakan film bisu yang bercerita tentang Young pei fen yang menemukan sebuah buku resia (rahasia) milik ayahnya yang menceritakan tentang sebuah bangunan candi terkenal (Borobudur). Diceritakan juga di candi tersebut terdapat sebuah harta karun yang tak ternilai, yaitu guci berisi abu sang Buddha Gautama.

5. Setangan Berloemoer Darah (1928)

Film yang disutradarai oleh Tan Boen San, setelah pencarian di beberapa sumber, sinopsis film ini belum diketahui secara pasti.

6. Njai Dasima I (1929)

Film ini berasal dari sebuah karangan G. Francis tahun 1896 yang diambil dari kisah nyata, kisah seorang istri simpanan, Njai (nyai) Dasima yang terjadi di Tangerang dan Betawi/Batavia yang terjadi sekitar tahun 1813-1820-an. Nyai Dasima, seorang gadis yang berasal dari Kuripan, Bogor, Jawa Barat. Ia menjadi istri simpanan seorang pria berkebangsaan Inggris bernama Edward William. Oleh sebab itu, akhirnya ia pindah ke Betawi/Batavia. Karena kecantikan dan kekayaannya, Dasima menjadi terkenal. salah seorang penggemar beratnya Samiun yang begitu bersemangat memiliki Nyai Dasima membujuk Mak Buyung untuk membujuk Nyai Dasima agar mau menerima cintanya. Mak buyung berhasil membujuk Dasima walaupun Samiun sudah beristri. Hingga akhirnya Nyai Dasima disia-siakan Samiun setelah berhasil dijadikan istri muda.

7. Rampok Preanger (1929)

Ibu Ining tidak pernah menduduki bangku sekolah, tahun 1920-an adalah seorang penyanyi keroncong terkenal pada Radio Bandung (NIROM) yang sering pula menyanyi berkeliling di daerah sekitar Bandung. Kemudian ia memasuki dunia tonil sebagai pemain sekaligus sebagai penyanyi yang mengadakan pagelaran keliling di daerah Priangan Timur. Main film tahun 1928 yang berlanjut dengan 3 film berikutnya. Film-film itu seluruhnya film bisu. Ketika Halimoen Film ditutup tahun 1932, hilang pulalah Ibu Ining dari dunia film. Namun sampai pecahnya PD II, ia masih terus menyanyi dan sempat pula membuat rekaman di Singapura dan Malaya. Pada tahun 1935 ia meninggal dunia dalam usia 69 tahun karena sakit lever.

8. Si Tjonat (1929)

Cerita dalam film ini berputar pada kisah seseorang yang dijuluki si Tjonat. Nakal sejak kecil, si Tjonat (Lie A Tjip) melarikan diri ke Batavia (Jakarta) setelah membunuh temannya. Di kota ini ia menjadi jongos seorang Belanda, bukannya berterima kasih karena mendapat pekerjaan, ia juga menggerogoti harta nyai tuannya itu. Tak lama kemudian ia beralih profesi menjadi seorang perampok dan jatuh cinta kepada Lie Gouw Nio (Ku Fung May). Namun cintanya bertepuk sebelah tangan, penolakan Gouw Nio membuatnya dibawa lari oleh si Tjonat. Usaha jahat itu dicegah oleh Thio Sing Sang (Herman Sim) yang gagah perkasa.

9. Si Ronda (1930)

Film ini disutradaria oleh Lie Tek Swie & A. LOEPIAS (Director of Photography), dan dibintangi oleh Bachtiar Efendy & Momo. Film ini bercerita tentang kisah seorang jagoan perkelahian yang mengandung unsur kebudayaan Cina.

10. Boenga Roos dari Tjikembang (1931)

Film bersuara pertama di Indonesia, film ini menceritakan tentang hubungan antar etnis Cina & pribumi. Dalam film ini, The Teng Chun bertindak sebagai sutradara dan kamera. Cerita ini dikarang oleh Kwee Tek Hoay dan pernah dipentaskan Union Dalia Opera pada 1927, meskipun cuma ringkasan cerita saja, yaitu tentang Indo-Tiongha. Dan film ini diberitakan oleh pengarangnya film Cina buatan Java ini adalah karya Indo-Tiongha.

11. Darah dan Doa (1950), film pertama Indonesia yang dibuat oleh orang Indonesia

Darah dan Doa adalah sebuah film Indonesia karya Usmar Ismail yang diproduksi pada tahun 1950 dan dibintangi oleh Faridah. Film ini merupakan film Indonesia pertama yang sepenuhnya dibuat oleh warga pribumi. Film ini ialah produksi pertama Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini), dan tanggal syuting pertama film ini 30 Maret 1950, yang kemudian dirayakan sebagai Hari Film Nasional. Kisah film ini berasal dari skenario penyair Sitor Situmorang, menceritakan seorang pejuang revolusi Indonesia yang jatuh cinta kepada salah seorang Belanda yang menjadi tawanannya.

5 Film Horor Berdasarkan Kisah Nyata

Beberapa film horror sering dibubuhi keterangan “Berdasarkan Kisah Nyata”. Namun tak sedikit yang menjadikannya hanya sebagai trik agar film tersebut laris. Cukup susah membedakan film yang terinspirasi kejadian sesungguhnya atau hanya rekaan saja.
Setidaknya 5 judul fim di bawah ini benar-benar dibuat berdasar kisah nyata
1. The Amityville Horror

Film ini mengisahkan pasangan suami-isteri John dan Kathy Lutz beserta anak-anak mereka yang membeli rumah di Long Island. Rumah tersebut ternyata menjadi lokasi pembunuhan masal bertahun-tahun lalu. Keluarga Lutz pun diteror oleh berbagai kejadian seram dan dipaksa pergi oleh hantu dari rumah mereka.
Film ini diangkat dari kisah nyata George dan Kathy Lutz (pada film, nama sang suami George diganti menjadi John) berdasarkan pengalaman mereka saat membeli rumah di Amityville. Pasangan suami-isteri ini mendengar berbagai suara aneh meskipun siang hari. Mereka juga melihat lendir berwarna hijau mengalir keluar dari dinding rumah, sehingga keluarga Lutz berlari keluar rumah ketakutan.

2. The Entity

Film Entity termasuk film horror konsumsi dewasa, yang bercerita tentang Carla Morgan, seorang ibu tunggal dengan tiga anak. Ia diperkosa berulang kali oleh hantu aneh di rumahnya.
Film ini diangkat dari kisah nyata Doris Bither yang tinggal di Culver City, California. Pada tahun 1974 paranormal Kerry Gaynor dan Barry Taff dipanggil karena Bither mengaku telah mengalami kekerasan fisik seksual oleh mahluk halus.
Gaynor dan Taff menyaksikan benda-benda bergerak di rumahnya, termasuk foto penampakan cahaya mengambang. Tetapi mereka tidak pernah melihat penyerangan hantu terhadap Bither. Gangguan hantu berkurang setelah Bither dan keluarga pindah rumah.

3. The Exorcism of Emily Rose

Film Exorcism mungkin jadi film horror paling populer. Kisahnya sendiri terinspirasi dari pengalaman hidup seorang gadis Jerman 16-tahun bernama Annelise Michel. Ia mengalami kerasukan yang parah, menyiksa diri sendiri, kelaparan hingga kelumpuhan.
Penderitaanya berlangsung hingga 7 tahun hingga akhinya dua imam dipanggil dan melakukan eksorsisme – ritual pengusiran roh jahat. Mereka menyatakan bahwa Michel dirasuki banyak hantu. Michel akhirnya meninggal bulan Juli 1976 karena kelaparan. Orang tua dan dua imam tadi diajukan ke pengadilan dengan dugaan pembunuhan.
Kisah Annelise Michel yang kemudian diangkat ke dalam film, nama tokoh diganti menjadi Emily Rose. Namun, plot cerita berjalan serupa dengan kejadian nyata.

4. Wolf Creek

Sebenarnya fim Wolf Creek tidak termasuk film horror yang berkaitan langsung dengan para hantu, melainkan pembunuh berantai. Dalam film diceritakan tiga pengelana (backpackers) disandera oleh seorang psikopat gila.
Film ini diangkat dari kisah Ivan Milat, seorang pembunuh berantai yang bertanggung jawab atas kematian tujuh backpackers di sekitar Belanglo State Forest, Australia sekitar tahun 90an. Milat menguntit pejalan kaki sebelum akhirnya ia menembak, menusuk, mencekik atau memukul korbannya sampai mati. Pihak berwajib cukup kesulitan menangkap Milat karena tak ada motif atau pola tertentu saat melakukan kejahatan, selain tujuan psikopat ini hanya satu: membunuh.

5. The Haunting in Connecticut

Film ini bercerita tentang keluarga Campbell yang terpaksa pindah ke sebuah tempat bekas kamar mayat. Ini dilakukan agar mereka bisa dengan cepat pergi ke rumah sakit tempat anak mereka dirawat karena kanker. Ternyata bekas kamar mayat tersebut penuh kekuatan jahat, mereka pun dihantui berbagai teror menyeramkan.
Film ini terinspirasi pada kisah Carmen Snedecker dan keluarganya yang pindah ke Connecticut pada era 80-an agar lebih dekat dengan anak mereka Phillip, yang menerima perawatan kanker di rumah sakit. Ternyata kondisi Phillip menjadi tidak menentu dan mengklaim bahwa rumah itu berhantu, namun orang tuanya percaya bahwa ia mengalami skizofrenia.

Dan yang terbaru adalah The Conjuring

Sumber

Film vs Teater

Film dan teater pada dasarnya berasal dari satu cabang kesenian, yaitu seni peran. Hampir, jika tidak bisa dibilang semua, peradaban mengenal bermacam jenis tontonan yang mengandalkan kekuatan cerita dan seni  berakting. Namun saat ini teknologi telah memberikan begitu banyak kemudahan sehingga perlahan masyarakat termanja dengan bentuk yang lebih compact dan menarik, yaitu film. Alasannya sederhana: lebih mudah diakses, lebih murah, lebih mudah dimengerti, dan berteknologi. Akankah seni peran tradisional seperti teater ditinggalkan masyarakat?

Gedung bioskop yang menjamur di Jakarta seperti memberi isyarat bahwa gelora menonton film dewasa ini semakin tinggi. Harga tiket masuk yang turun akibat persaingan antar perusahaan penyedia bioskop juga memicu masyarakat untuk berbondong-bondong menuju tempat hiburan yang satu ini.

Pada sisi lain, penonton teater jarang sekali memenuhi gedung pertunjukkan. Hanya kelompok teater dengan nama-nama besar yang bisa dijadikan jaminan kursi habis terjual. Selebihnya harus cukup puas dengan penonton seadanya dari kalangan yang itu-itu juga. Mengapa hal ini terjadi? Apa saja yang ditawarkan film sehingga dapat menggeser kedudukan teater sebagai hiburan rakyat? Apa saja kekurang teater sehingga sulit membuat penontonnya duduk manis sampai pertunjukan usai?

Berdasarkan taksiran atas sinyal-sinyal tersebut, South Jakarta melakukan sebuah survey kecil-kecilan terhadap beberapa pembaca berusia 23-35 tahun yang berdomisili di Jakarta. Kami ingin mencari tahu mengapa film lebih populer daripada teater dengan memberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan hal ini.

Hasil survei tersebut menyatakan bahwa 73% responden lebih menyukai menonton film, 17% lebih suka menonton teater, dan 10% tidak bisa memutuskan lebih suka yang mana. Apa saja alasan responden terhadap pilihan mereka? Berikut hasil survey South Jakarta.

Film Lebih Mudah Dimengerti
Alasan ini mencuat menjadi alasan utama para responden dalam memilih preferensi tontonan. Menurut mereka, film lebih mudah dimengerti karena alurnya jelas dan ceritanya lebih sederhana. Berbeda dengan teater yang dapat membingungkan dan berpindah-pindah fokus, film tampak sebagai sebuah paket siap saji yang dapat dinikmati kapan saja dan di mana saja. Tidak perlu menyiapkan sebuah kondisi tertentu untuk menonton film.

Film Memiliki Beragam Efek Visual
Teknologi adalah kata kuncinya. Semakin rapih dan mulusnya teknologi efek visual membuat semua tampak nyata. Dari Star Wars sampai Lord of the Rings, dari animasi sampai fantasi, semua bisa diwujudkan dalam bentuk film. Berbagai pemuas indera dapat tersaji bulat-bulat di depan mata penonton. Lain halnya dengan teater yang dianggap hanya dapat menyuguhkan pertunjukan sederhana tanpa didukung teknologi tinggi.

Film Mudah Diakses
Tentu saja ini menjadi alasan yang sangat masuk akal. Pertama, gedung bioskop jauh lebih banyak jumlahnya dibanding gedung pertunjukan. Bioskop tersebar luas di mana-mana, sehingga mudah untuk didatangi, sedangkan gedung pertunjukan masih dapat dihitung dengan jari. Kedua, masa tayang film di bioskop jauh lebih lama daripada teater, sedangkan masa tayang pementasan teater rata-rata 2-3 hari saja. Ketiga, film dapat disebarluaskan hanya dengan membawa reel film, sedangkan untuk mengadakan “distribusi” pementasan, teater harus membawa seluruh pemain dan kru berulang-ulang. Selain itu, film juga dapat dinikmati di rumah dengan perangkat pemutar VCD dan DVD, pun banyak bajakannya yang beredar. Teater tidak dapat diperlakukan sama karena rekaman pertunjukan teater tidak sama dengan pementasan karena tidak ada interaksi antara panggung dengan penonton.

Info Film Lebih Mudah Didapat
Para responden mengeluhkan betapa sulitnya mendapat informasi tentang pementasan teater. Mereka merasa harus melakukan usaha ekstra, seperti menghubungi gedung-gedung pertunjukan untuk mendapatkan info tersebut. Berbanding terbalik dengan info jadwal film yang sudah sangat mudah diakses, baik melalui website, telepon, bahkan sms. Wajar saja jika gedung pertunjukan kosong, penonton tak tahu ke mana harus mencari informasi terpadu soal pertunjukan teater.

Film Lebih Banyak Pilihan
Sebagai produk berteknologi tinggi, cakupan film jauh lebih luas daripada teater. Genre apapun dapat direalisasikan oleh film sedangkan teater bisa jadi sangat terbatas. Dari segi jumlah judul yang beredar, film juga tampaknya mengungguli teater. Penonton dapat datang ke sebuah bioskop dan memilih satu di antara empat atau lima film yang sedang diputar. Hal ini tentunya tak mungkin terjadi di gedung pertunjukan, bukan? Dominasi film Holywood mau tak mau juga “membantu” penonton memilih pergi ke bioskop.

Teater Lebih Spontan
Responden yang memilih teater sebagai preferensi tontonan menyukai teater karena unsur spontanitasnya. Sebenarnya, tak ubah dengan film, teater juga berjalan berdasarkan naskah. Namun, setelah tirai dibuka dan panggung terlihat, apapun bisa terjadi. Salah mengucap dialog, penempatan properti yang tidak semestinya, sampai mati lampu dapat terjadi saat pementasan berlangsung. Pada film, hal-hal seperti ini telah melalui proses editing sehingga hilang kesan spontanitasnya.

Teater Lebih “Apa Adanya”
Sentuhan “apa adanya” membuat beberapa responden jatuh cinta pada pertunjukan teater. Menurut para responden, pemain teater tidak harus cantik, tidak perlu tinggi besar, tidak perlu kurus langsing. Di atas panggung, yang penting adalah akting dan kepaduan antara semua unsur yang mendukung sebuah pementasan, seperti pencahayaan, tata letak, musik, hingga para pemainnya sendiri. Mungkin karena itulah teater dianggap apa adanya dan merakyat.

Teater Lebih Menarik karena Live
Saat tirai ditarik, semua yang terjadi di atas panggung menjadi konsumsi penonton. Seberapapun berantakan atau kacaunya, semua sudah milik penonton karena sifatnya yang live (langsung). Hal-hal seperti ini tidak bisa didapatkan di film yang sudah dipangkas sana-sini agar siap menjadi sebuah paket yang lengkap dan bersih, jauh dari kesan live.

Teater Lebih Imajinatif
Beberapa responden menyukai teater karena menonton teater membutuhkan daya imajinasi yang tidak sedikit. Dengan ruang lingkup panggung yang seadanya, sebuah pementasan harus bisa menyajikan sebuah hiburan yang menarik dan menyampaikan pesan kepada penonton. Pada saat menonton film, penonton mengonsumsi apapun yang disajikan di layar sehingga hanya ada sedikit ruang untuk berimajinasi.

Bikin Film Pendek Semakin Oke


Bikin film pendek juga perlu memperhatikan beberapa hal yang terlihat sederhana tetapi penting. Yuk mari belajar agar film pendek yang kamu buat nantinya menjadi lebih oke buat ditonton.

1. Layak atau Tidak ?
Dari awal film sebelum dibuat, kamu harus bisa memperediksi apakah film tersebut akan diterima oleh masyarakat atau tidak. Dan perlu menanyakan kepada diri sendiri mengapa film ini nantinya harus ditonton. Salah satu cara untuk melihat filmmu ini layak ditonton atau tidak mungkin bisa dengan cara menunjukkan skenario yang kamu bikin ke beberapa teman untuk dikomentari.  
2. Budget
Jangan pernah produksi jika kamu tidak memiliki budget. Ingat, uang juga memegang peranan yang penting dalam produksi film, walau film pendek sekalipun. Produksi tanpa budget menyebabkan rencana-rencana tidak bisa diprediksi. Apalagi jika uang yang tersedia tidak mencukupi segala kebutuhan. Bisa-bisa filmmu gak akan selesai-selesai.

3. Persetujuan Semua Pihak
Minta persetujuan tertulis kepada semua kru, artis dan pihak-pihak yang terlibat dalam proses pembuatan film. Sepertinya hal ini simple untuk dilakukan dalam film pendek. Namun ini penting agar semua pihak yang terlibat lebih bertanggung jawab terhadap apa yang mereka kerjakan.

4. Durasi
Nah..jangan dilupakan yang satu ini. Durasi film pendek maksimal hanya 30 menit. Jadi jika yang kamu niati awalnya ialah membuat film pendek, maka jangan membuat scene terlalu banyak agar durasinya nanti sesuai dengan target.

5. Casting
Ada kemungkinan filmmu nantinya akan dibintangi aktris/aktor amatir. Apalagi kemungkinan untuk film pendek mereka tidka dibayar. Tapi teteap saja untuk mendapatkan karakter yang sesuai dengan keinginanmu diperlukan adanya casting. Hindari melakukan casting beberapa saat sebelum shooting dimulai.

6. Tata Suara
Tata suara yang buruk pada kebanyakan film pendek (meskipun memiliki konsep cerita menarik) menyebabkan tidak nyaman ditonton. Gunakan perangkat pendukung tata suara seperti boom mike untuk mendapatkan hasil yang baik. Kalau gak punya, beli atau pinjam aja.

7. Kudu Yakin “SIAP” Ketika Proses Syuting Berlangsung
Kamu kudu bener-bener yakin nih kalo filmmu ini persiapannya udah oke banget untuk menuju proses syuting. Periksa semuanya mulai frame dialog, tata suara, pencahayaan atau apa saja. Apakah sudah sesuai dengan kualitas yang diinginkan. Jangan pernah berpikiran untuk menyelesaikan semuanya di fase post-production.

8. Kurangi Zoom
Kalo bisa hindari deh pemakaian zoom. Untuk pengambilan gambar dari jarak dekat sebaiknnya menggunakan dolly track, camera glider atau bisa juga melkukan cut and shoot. Ini semta-mata untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

9. Hindari Pemakaian Efek
Hindari transisi yang berlebihan seperti dissolves/wipe, dan credit titles yang panjang. Pikirkan dengan baik, apakah hal-hal ini perlu ditampilkan atau tidak. Pili dengan gat bijak jika semua itu tidak terlalu berlebihan. 

10. Hindari Syuting Malam
Suasana gelap itu musuh utama kamera. Jadi hindari proses syuting di ruangan yang minim cahaya atau di luar ruangan pada malam hari jika tidak ingin hasil gambarmu jelek nantinya.

Nahhh.. itu dia tadi 10 tips tentang hal-hal yang perlu diperhatikan ketika kamu akan membuat film pendek. Jadi walaupun film yang kamu buat ialah film pendek dengan biaya dan peralatan terbatas, namun setidaknya hasil dari film tersebut tidak kalah dari film-film profesional lainnya. Yuk tetep semangat bikin film.

Sumber

[TIPS] Bikin Film Dengan Budget Murah Hasil Berkualitas

Aku punya sedikit tips nih buat bikin film pendek, dengan budget murah tapi tetap menjaga kualitas (baik cerita maupun segi teknisnya). Syukur-syukur bisa menang di beberapa ajang festival. Langsung aja.

1. Anggota yang Solid




Pilih anggota film yang solid, dan sehati dengan kita. Kalo menurut aku minimal 3 orang termasuk kita sendiri, dengan rincian:

1. menguasai unsur naratif (nanti yang akan bertugas menyusun cerita, riset, dan mengembangkan adegan, biasanya juga merangkap sutradara)
2. menguasai teknis (mengerti kamera, tata cahaya, perekan audio, editing, pokoknya yg berhubungan dengan teknis)
3. ini yg penting, nantinya akan jadi line produser, orang yg pinter ngurus keuangan, ijin lokasi, minjam properti, dan sejenisnya. Biasanya kenalannya banyak. (ingat ketiga-tiganya harus sehati dulu)


2. Menentukan cerita

Pilih tema cerita yang kiranya kita kuasai, supaya gampang risetnya, gampang nyari lokasinya, gampang nyari pemain. Buatlah skenario/alur cerita yang kiranya produksinya tidak banyak memakan biaya. Misalnya pemilihan lokasi, pemilihan properti (buat yg kiranya tidak sewa), ini akan menguji kreatifitas kita. Benar-benar menguras ide untuk tahap ini

3. Pemilihan Pemain

Pilih pemain teman kita sendiri, atau kenalan kita misalnya. Supaya tidak usah keluar dana untuk sewa pemain. Syukur-syukur agan punya kenalan artis haha.

4. Alat Shoting

Pemilihan Kamera (syukur kita punya sendiri, kalo gak punya kita pinjam aja, kalo gak pnya kenalan untuk pinjam, kita PDKT aja sama orang yg punya kamera dengan imbalan di ajak suting) Gak ada batasan itu berhenti berkarya. Pokoknya kalo kita berusaha pasti dapat kamera. Bisa dapat kamera DSLR lumayan membantu. Soalnya lumayan Peka cahaya.

Pemilihan lampu untuk pencahayaan. Kalo misalnya skenario sudah tidak bisa di akalin lagi untuk ganti lokasi yang exterior dan siang hari (yg tidak membutuhkan lampu), dan memang harus menggunakan lampu, kita rakit lampu sendiri aja (aku biasanya nyopot neon kos ako buat suting, lumayan membantu)
 


- Audio recorder, kl ada yg punya alat recorder sangat membantu sekali, misalnya Zoom H4N atau Tascam.



Tapi kalo tidak ada, bisa pake mic yg murah entar rekamnya pakai laptop, yang penting bisa rekam audio.



Gak usah aneh-aneh dulu untuk belajar membuat film gan (gak harus bawa track, stadycam, jimmy jib, lensa kamera harus ada se koper) Intinya kita bisa menyampaikan pesan kepada penonton dulu, kita harus punya cerita yang bagus. Kita harus bisa belajar pada beberapa pemenang festival luar negeri, rata-rata yang menang gambarnya sederhana, tetapi inti ceritanya luar biasa.

Teknik Pengambilan Gambar

Merekam obyek dengan menggunakan camcorder atau kamera video memang gampang. Apalagi kini kamera video telah dilengkapi dengan fasilitas setelan otomatis yang sangat membantu pengguna. Seperti halnya kamera foto digital, fasilitas automatic setting bisa memberi kompensasi ketika tingkat cahaya kurang atau warna yang tak nyata.
Pada saat shooting (pengambilan gambar) biasanya terjadi transisi atau perpindahan gerakan. Transisi ini akan membimbing mata penonton untuk berpindah dari satu obyek ke obyek yang lainnya sebagai suatu hubungan. Gerakan ini terbagi menjadi 2(dua), yakni :
1. Gerakan Kamera
Subyek ataupun obyek yang dipotret berada dalam satu posisi, sedangkan yang melakukan gerakan hanyalah kamera. Beberapa gerakan kamera yang sering digunakan adalah :
  • Tilt – putaran vertical kamera dari titik tertentu. Efek : seperti kita memandang sesuatu sambil menggerakkan kepala dan pandangan mata dari atas ke bawah, atau sebaliknya.
  • Pan – putaran horizontal kamera dari titk tertentu. Efek : seperti kita dengan perlahan berputar di satu titik. Pandangan mata akan menyebar ke seluruh ruangan, atau mengikuti sebuah benda/onyek yang bergerak.
  • Zoom In – mendekatkan focus perhatian subyek/obyek. Zoom Out – menjauhkan focus perhatian subyek/obyek. Efek : seperti kita mengamati sebuah benda, lalu kita berjalan mendekatinya, ataupun menjauhinya.
2. Track/Dolly
Dalam shooting (pengambilan gambar) kita juga mengenal istilah TRACK/DOLLY yaitu merupakan hasil dari gerakan seluruh kamera yang tidak terpancang hanya pada satu titik posisi. Gerakan ini dihasilkan melalui berbagai cara. Antara lain dengan mengkaitkan kamera pada sebuah tiang atau juga menaikkan kamera di sebuah kereta dorong.
Berikut ini merupakan contoh-contoh pergerakan dalam sebuah plot :
  1. Long Shot - Jarak pengambilan gambar yang cenderung luas.
  2. Medium Long Shot - Menunjukkan eksistensi subyek pada sebuah situasi. Masih dominan pada suasana. Namun, subyek mulai diberi sedikit identitas.
  3. Full Shot - Ukuran subyek dalam sebuah frame, dari ujung kaki hingga kepala.
  4. Medium Shot - Ukuran subyek dari pusar hingga kepala.
  5. Medium Close-Up - Ukuran subyek dalam frame dari dada hingga kepala.
  6. Close-Up - Ukuran subyek dari leher hingga batas atas kepala
  7. Big Close-Up - Ukuran subyek dari batas atas dagu hingga batas atas kepala.
  8. Extreme Close-Up - Ukuran subyek pada satu anggota/bagian tubuh
  9. Variasi shot - Sebuah pengambilan gambar tanpa adanya subyek/tokoh di dalamnya. Beberapa type Variasi Shot yang sering digunakan dalam sebuah film, yaitu :
    - Establishing Shot : Sebuah penggambaran suasana ataupun situasi
    - Beauty Shot : Sebuah pengambilan gambar yang bertujuan untuk memperindah adegan.
Untuk lebih memahami tentang Shot (pengambilan gambar) kita harus memahami angle/sudut pengambilan gambar. Ada 3 angle kamera yang biasa digunakan untuk menggambarkan sebuah karakter, yaitu:
  1. Eye Level - Pengambilan gambar dengan posisi kamera sejajar dengan subyek
  2. High Level - Pengambilan gambar dengan posisi kamera lebih diatas daripada subyek
  3. Low Level - Pengambilan gambar, dengan posisi kamera dibawah subyek
Ada beragam cara untuk membuat hasil rekaman kamera video menjadi lebih berkualitas, yakni:
  1. Jangan Goyang
    Saat mulai melakukan perekaman, usahakan posisi tangan dalam keadaan kokoh. Kamera yang bergoyang sangat mempengaruhi rekaman kamera video. Agar kamera tak bergoyang, gunakan bantuan penyangga seperti tripod atau monopod. Walaupun begitu berlatih memegang kamera dengan stabil harus tetap dilakukan, karena kita tidak bisa hanya mengandalkan bantuan tripod terus menerus. Bisa dibayangkan jika kita harus selalu membawa tripod dari satu tempat ke tempat lain. Biasanya tripod digunakan untuk merekam obyek yang tidak bergerak dalam jangka waktu yang cukup lama.
  2. Mengontrol Zooming
    Apabila obyek yang dibidik terlalu jauh, usahakan untuk memakai fasilitas zooming. Meski fasilitas pembesaran tersebut sangat mudah digunakan, focus obyek harus tetap terjaga.
  3. Frame
    Mulailah mengatur komposisi antara obyek bidikan, sehingga berada dalam satu frame yang bagus. Sebuah klip yang akan direkam bisa mempunyai komposisi yang baik apabila menggunakan teknik dasar komposisi. Pertama, komposis balance, dengan membayangkan garis horizontal dan vertical. Pertemuan garis tersebut adalah titik yang tepat untuk obyek bidikan. Namun, selain itu juga dapat menggunakan komposisi yang tak biasa untuk menghasilkan efek-efek tertentu. Misalnya masalah overscan yang biasanya memotong sinyal video dan mengaburkan obyek bidikan. Sebisa mungkin aturlah ruang kosong di atas frame ketika merekam obyek.
  4. Kontinuitas
    Saat merekam, sebaiknya kita juga memikirkan jalan cerita video tersebut, agar klip memungkinkan untuk dipotong pada saat editing. Usahakan merekam satu obyek dari beragam angel atau sudut pandang. Kita bisa menggabungkan rekaman video close-up, rekaman pendek, dan wide-angel. Yang terpenting, pastikan antara satu frame dengan frame berikutnya memiliki keterkaitan. Misalnya saja, ketika kita merekam di area terbuka, maka usahakan agar pencahayaan di atur sama.
  5. Background-Foreground
    Sangat penting untuk menempatkan obyek bidikan berada dalam posisi yang nyaman dilihat di dalam sebuah frame. Pastikan foreground dan background tidak saling membuat pandangan bias. Bidiklah obyek tertentu dengan latar belakang yang kosong. Apabila background berupa suasana di pusat perbelanjaan, maka penonton tidak lagi di focus obyek utama tersebut. Hindari juga memakai background yang intrusif. Misalnya menempatkan obyek di depan pohon, sehingga kelihatan pohon tersebut tumbuh di kepalanya. Prinsip serupa bisa diterapkan untuk foreground. Pastikan tidak ada orang yang melintas di depan kamera saat anda sedang membidik obyek tertentu.

SIAPA (TIDAK) BISA BUAT FILM?

Siapa bilang tidak semua orang dapat membuat film. Yah, kalo yang dimaksud video kelas .3gp mah, anak SMP juga bisa. Tapi bukan itu yang akan saya bicarakan sekarang. Saya ingin bicara tentang film kehidupan dan cara-cara mudah membuatnya. Tetapi sebelumnya, ada satu syarat yang harus dipenuhi sebelum menghabiskan membaca artikel ini. Mari kita semua memakna film secara berbeda. Jauh berbeda dengan yang kita tonton di bioskop. Jauh berbeda yang kita tonton di layar TV kita. Mari memaknai film sebagai sebuah narasi kehidupan yang dapat kita indera dan rasai sebagai mahluk yang “menjadi”.

Baik, sekarang kita mulai dulu memahami apa itu film. Dalam penciptaannya, film adalah suatu gambar 2 dimensi yang memiliki sifat berkebalikan dengan realitas yang sebenarnya. Gambar tersebut kemudian ditembakkan ke atas sebuah media (kertas atau kain) untuk dapat menghasilkan suatu gambar yang lebih mendekati kenyataan (dan tidak terbalik). So, sekarang mari kita bersepakat bahwa film merupakan kebalikan dari kenyataan tetapi juga mendekati kenyataan.

Sedikit lagi sebelum menapak bumi, saya ingin mengajak pembaca berdansa di alam abstraksi. Bicara tentang film (atau segala sesuatu di dunia) tak bisa lepas dari waktu. Sifat film yang sangat menonjol adalah mampu menarik ingatan manusia mengenai masa lampau, yang dalam hal ini masa ketika film itu dibuat. Kebalikan dari itu, berarti film dibuat untuk kemudian dapat dinikmati di masa depan agar manusia masa depan dapat memahami apa yang terjadi di masa kini.
faces
Akhirnya sampailah kita pada bahasan tentang film yang mengalami penyempitan makna sehingga orang mengartikannya sebagai sebuah cerita yang diceritakan melalui rangsang audio-visual sehingga kita dapat menikmatinya dengan makan pop corn dan minum coke. Mungkin itulah yang akan terlintas ketika kita mendengar kata “nonton film”. Pada pengertian itu pula, kita mulai memahami bahwa film memiliki cerita. Kadang begitu dekatnya cerita dengan realitas kita sehingga film dapat memberikan inspirasi kepada penontonnya untuk “berbuat”.

Nah, jika film dipahami seperti itu, bukankah setiap hari kita selalu membuat film? Apa yang sedang kita lakukan dan pikirkan sekarang (pada saat ini) akan menjadi sebuah pengingat di masa depan. Saya ingin sedikit mengusik cerita-cerita kontemporer yang difilmkan. Sebut saja cerita Pak Habibie, mantan presiden RI ke-3. Siapa sangka apa yang dia lakukan selama berpuluh-puluh tahun yang lalu ternyata menjadi cerita yang dapat dibagikan kepada sesama dalam bentuk film layar lebar.

Keunikan dari film adalah pembuatnya memiliki kebebasan untuk memilih cerita. Dalam film Pak Habibie, produser dan sutradara kompak mengangat cerita tentang percintaan Pak Habibie dengan istrinya. Mungkin selain lebih menjual, juga disesuaikan dengan karakter penonton Indonesia yang lebih suka film bergenre “Drama”. Tapi bolehkan kita bercerita tidak tentang cinta dalam film Pak Habibie. Jawabannya tentu saja boleh (bayangkan jika film Pak Habibie menceritakan tentang Reformasi ’98! Hehe..). Kembali lagi dalam membuat film kita dibebaskan untuk memilih cerita.

Yak! Di atas saya sudah meminta pembaca untuk memahami film sebagai narasi kehidupan manusia dalam ke”menjadi”an. Tapi apa maksudnya, mari kita berjalan-jalan lagi sembari mengobrol santai. Ke”menjadi”an adalah suatu akibat dari proses memaknai sekaligus melakukan. Saya tidak ingin membuat pembaca pusing, jadi cukup segitu saja pengertian tentang ke”menjadi”an. Selanjutnya setelah kita memaknai film seperti yang telah kita lakukan di awal membaca artikel ini, mari kita cermati kembali hidup kita selama ini. Bagian mana dari hidup kita yang tidak dapat kita angkat ke dalam sebuah film. Saya bantu jawab, “TIDAK ADA!”

Benar kawan… Tidak ada semenit pun bagian dari hidup kita yang tidak dapat dibuat film. Cerita-cerita hidup kita begitu berharga. Saking berharganya sampai-sampai kita sendiri tidak menyadarinya. Kalimat tersebut klise tapi cukup powerful. Jika kawan-kawan bisa memperoleh inspirasi dari film-film layar lebar, tentu seharusnya kawan-kawan juga dapat memperoleh inspirasi dari film buatan sendiri. Pertanyaannya adalah maukah kita membuatnya?
reell
Seorang teman pernah bercerita bahwa dalam membuat film itu mudah. Kita cukup identifikasi situasi yang ada, peran para tokoh, tantangan yang dihadapi sang tokoh, aksi yang dilakukan dan penyelesaian dari masalah yang hadapi. Setelah kita identifikasikan hal tersebut maka tinggal menambahkan bumbu-bumbu ajaib dalam meraciknya. Bisa percintaan, kebencian, kemarahan, kegembiraan, intrik, pengkhianatan, kerja sama, keteladanan, kebaikan, kekecewaan ataupun kekonyolan. Semuanya tergantung selera pembuat film.

Nah, terus bagaimana membuat film jika tidak punya peralatan yang memadai?
Baik kawan, saya akan ajak anda berjalan masuk ke dalam diri dan tubuh anda masing-masing. Sekali lagi saya ingatkan, di awal kemunculannya, film bersifat kebalikan dan mendekati kenyataan. Jadi apapun yang terbalik dan mendekati kenyataan itu dapat disebut film. Masih ingatkah kawan tentang pelajaran anatomi tubuh, khususnya tentang indera penglihatan. Bahwa apa yang diterima oleh lensa mata akan dikirimkan ke otak secara terbalik dalam bentuk sinyal. Saya tambahkan, masih tentang anatomi tubuh. Kali ini berhubungan dengan sensor syaraf. Bahwasanya otak kita merangsang tubuh secara terbalik. Otak kanan merangsang bagian tubuh sebelah kiri. Otak kiri mengirimkan sinyal syaraf pada tubuh bagian kanan. So, dari awal mula penciptaan ternyata tubuh kita berkebalikan.
Lalu apa hubungannya dengan peralatan membuat film?

Dengan gegap gempita saya akan sorakkan TUBUH KITA ADALAH MEDIA YANG TEPAT UNTUK MEMBUAT FILM! Jadi segala peralatan atau perlengkapan pembuat film sebenarnya telah melekat pada tubuh dan diri kita. Dan media yang paling primitif dan paling mudah dijumpai pada tubuh kita adalah cortex cerebri. Kita biasa mengenalnya dengan istilah “memori”.  Nah, sekarang cerita apa yang ingin kita film-kan, tentu keputusan itu diserahkan kepada diri masing-masing.
filmheadIngat kawan, tidak seluruh cerita biasa kita simpan. Kita harus memilih satu di antara beberapa. Dengan begitu, kita tidak membutuhkan mekanisme “lupa” untuk me-recycle memori yang tidak kita butuhkan. Jadi, film apa yang kita butuhkan dan yang tidak kita butuhkan, mari berefleksi dengan diri kita masing-masing. Namun, apa yang harus kita lakukan untuk membuat film pertama kali?

Well, ini bukan langkah praktis. Setiap orang pasti memiliki caranya sendiri. Dalam pengalaman yang saya lakukan, pertama yang saya lakukan adalah mencermati tahun-tahun kehidupan saya ke belakang. Apa yang saya lakukan, tidak bukan adalah memberikan judul pada setiap tahun kehidupan yang saya ingati. Memang semakin muda kita, semakin berkurang ingatan kita tentang kehidupan di masa itu. Oleh karenanya, saya batasi tahun kehidupan saya dimulai pada usia 5 tahun. Paling tidak memori yang tersamar masih bisa terasa dan terinderawi secara mental.

Dari usia 5 tahun, saya teruskan berjalan ke usia-usia setelahnya. Setiap tahun pasti memiliki kesan yang mendalam. Kesan itulah yang saya pilih sebagai judul film. Misalkan pada suatu tahun kehidupan, secara financial saya mengalami krisis, maka saya akan berikan judul “Gerakan Anti Kemapanan”. Atau dalam tahun-tahun tertentu saya mengalami pasang surut percintaan, maka judul film saya adalah “Don Juanis Gagal”. Tentang judul yang bernilai positif atau negatif, hal itu bukan soal. Sekali kita memberi makna terhadap hidup kita, maka nilai positif yang akan kita dapatkan.
Baiklah, tips di atas berguna untuk pembuatan film di masa lalu. Kemudian, untuk film kita di masa depan, apa yang perlu kita siapkan? Rupanya cerita teman saya tentang membuat film bisa kita terapkan di sini. Pertama, kita cek situasi saat ini seperti apa. Lihat saja sekeliling diri kita, pekerjaan, keluarga, pertemanan, percintaan, permusuhan, persaingan dan sebagainya sebagai bahan untuk lakukan identifikasi. Selanjutnya tetapkan peran diri anda sebagai apa dalam situasi yang telah berhasil diidentifikasi.

Langkah selanjutnya adalah menetapkan tantangan apa yang akan kita hadapi dalam situasi dan peran tersebut. Dalam hal ini kita dapat berikan sedikit bumbu-bumbu ketegangan (konflik) agar tidak membosankan. Bisa itu konflik percintaan, pertemanan, pekerjaan, bisnis, keluarga, atau apapun. Berikutnya tetapkan apa yang akan diri kita lakukan dalam menghadapi tantangan tersebut. Sisi heroism bisa saja muncul dalam bagian ini. Di akhir film silahkan lihat bagaimana ending film tersebut. Apakah si tokoh utama (diri kita) berhasil menyelesaikan tantangan atau justru kegagalan yang mendera.

Apapun yang dihasilkan oleh tokoh utama, tentu akan menjadi menarik bagi penontonnya. Satu hal kawan yang ingin saya ingatkan. Penonton itu adalah diri kita sendiri di masa depan. Saya menyebutnya sebagai the future of ‘I’. Tentu di masa depan itu, kita sedang mempersiapkan film baru dengan situasi baru, peran baru, bahkan tantangan baru. Mengikutinya tentu saja cerita yang baru pula. Seperti kata Ahmad Albar hampir 20 tahun yang lalu, dunia ini panggung sandiwara, ceritanya mudah berubah.


Sumber

Bagaimana memulai ide, tema dan gagasan?

http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2013/09/13796720471474792552.jpg 
Tentang apa yang disampaikan dalam cerita yang hendak dibuat? Apa temanya atau idenya? Pertanyaan mengenai ide atau tema itu harus dapat dijawab dalam sebuah uraian tentang “Siapa yang bagaimana?” Diuraikan dalam satu kalimat yang kuat.

Contoh:
Bedjo van Derlaak. Siapa yang bagaimana?
Seorang tentara Indonesia menghadapi situasi sulit saat bertemu dengan seorang tentara Belanda yang pada saat itu juga harus membantu seorang perempuan hamil untuk melahirkan.
Kita tahu bahwa Indonesia dan Belanda bermusuhan. Itu sudah menjadi sebuah konflik. Sepertinya konflik yang biasa. Bagaimana kalau ditingkatkan menjadi “ketika mereka bertemu dan saling bermusuhan pada saat itu juga mereka harus menyelamatkan seorang perempuan hamil”. Konflik menjadi semakin tajam dan tidak biasa.

Romeo dan Juliet. Siapa yang bagaimana?
Seorang pemuda bernama Romeo dari keluarga Montague bercinta dengan seorang gadis bernama Juliet dari keluarga Capulete yang saling bermusuhan turun-temurun.

Dapat dilihat adanya konflik besar yang sulit terpecahkan. Kedua keluarga pasti akan menentang percintaan Romeo dan Juliet, tetapi Romeo dan Juliet tidak bisa dipisahkan lagi.

Kita ambil contoh lain untuk melihat bagaimana konsep singkat ini dibahas dari sudut pandang lain. Umpamanya, Asrul Sani sedang menyiapkan cerita “Naga Bonar”. Lalu kita tanya pada Asrul Sani, ini cerita tentang “Siapa yang bagaimana?” Jawabnya bisa begini:

  1. Tentang “Seorang jendral laskar buta huruf, yang jatuh cinta pada gadis elit.”
  2. Tentang “Seorang jendral laskar buta huruf, yang Perjuangannya lebih sungguh-sungguh dibanding pejuang terpelajar”.
Kalau yang pertama kita pakai, maka garis besar cerita adalah mengenai perjuangan Naga Bonar mendapatkan gadis terpelajar. Adapun suasana revolusi hanya sebagai latar belakang. Tetapi jika yang kedua yang dipakai, maka cerita utamanya adalah mengenai keikhlasan perjuangan Naga Bonar dalam membela negara, sedang percintaan dengan gadis terpelajar dan lainnya hanyalah sebagai sub plot.

H.Misbach Yusa Biran. Teknik Menulis Skenario Film Cerita. Jakarta, PT Dunia Pustaka Jaya, 2006