Panduan Bikin Film Horror

Sekian waktu yang lampau kita (lagi-lagi) sempat dihebohkan dengan berita dari dunia perfilman Indonesia. Q Film Festival dicekal FPI? Bukan! Joko Anwar bikin musikal? Salah! Tapi, Tera Patrick, bintang ‘blue film’ kenamaan dari Amerika, berkenan jadi peran utama sebuah film horor Indonesia dengan judul yang sungguh membangkitkan rasa penasaran: Rintihan Kuntilanak Perawan.
Pertanyaannya: 1) Apakah kuntilanak yang merintih itu benar perawan? 2) Kok bisa aktris sekaliber Tera Patrick, yang pada jamannya melejit banget berkat film-film bertaraf internasional dengan tajuk macam Asian Street Hookers, 18 and Nasty, dan Best of the Breasts, bersedia ngasih kontribusi yang lumayan gede di perfilman nasional Indonesia? Dan nggak tanggung-tanggung. Kabarnya Tera jadi salah satu pemeran utama dari awal sampai akhir film, walo doi nggak fasih berbahasa Indonesia.



Memang rintihan bisa menembus semua perbedaan bahasa


Pilih tipe setan yang emang ada di tengah-tengah kita

Walopun penulis belum sempat nonton Rintihan Kuntilanak Perawan dengan mata kepala sendiri, penulis cuma bisa nebak-nebak kalau pemolesan alur dan skrip dalam film ini pasti patut diacungin jempol. Emang gak bisa dianggep enteng para pembuat film lokal kita! Pasti teknik penyutradaraan yang luar biasa dan skrip yang inovatif yang akhirnya bisa ngebujuk aktris sebeken Tera Patrick buat bikin gebrakan film horor pertamanya di tanah air kita. (Selain bayaran milyaran rupiah tentunya.) Dan gak bisa disangkal, mau seperti apapun akting Tera Patrick di sini, film ini bakal laris setengah mati di tengah masyarakat kita.
Kalo-kalo suatu saat kamu berminat ngedatengin bintang panas favorit kamu, atau kamu sekedar kepengan bikin film horor yang laku keras alias best-selling di Indonesia, nggak ada salahnya kamu tau syarat-syarat apa aja yang biasanya mesti dipenuhin sama film kamu…

1. Gunakan setan lokal.
Cinta produk dalam negeri! Indonesia emang negeri yang kaya, nggak cuma alamnya yang indah, pulaunya yang banyak, hutan dan lautan yang terbentang luas… Indonesia juga punya dunia MISTIS yang luar biasa. Setan-setan yang made in Indonesia beragam banget kaya pocong, kuntilanak/sundel bolong, genderuwo, tuyul, suster ngesot, leak bali, babi ngepet, wewe gombel, pastor buntung, hantu bencong, dan masih banyak lainnya. Yang jelas, setan apapun yang kamu pilih buat membintangi film kamu mesti punya latar belakang unik dan orisinil buat semakin mewarnai alur cerita. Misalnya waktu masih hidup putus cinta terus gantung diri, atau dulunya hiperseks sampai dirajam warga setempat.


2. Tunjukin sekelebat dunia maksiat.
Misalnya, adegan dugem penuh clubbers-clubbers yang tripping dan cewek-cewek semok berpakaian minim (biasanya para pemeran utama). Ini penting banget buat membangun cerita, karena latar belakang lifestyle mereka yang bersimbah dosa dan hedonisme bisa kamu jadiin patokan buat nentuin siapa aja yang mati nantinya. Cowok-cowok yang paling teler dan cewek-cewek yang paling vulgar bakalan jadi korban-korban yang cara matinya paling sadis. Terus, tokoh cewek yang paling sexy di seantero diskotek, nantinya yang bakal kerasukan setan, atau jadi cewek pembunuh (lihat #5).

waduh, nggak bener banget nih

3. Ada adegan syur.
Yaa, kira-kira 75% dari seluruh film lah. Paling mantap kalo salah satu settingnya di kolam renang umum yang anehnya selalu dalam keadaan kosong. Mau di Cikini, Ciater, atau Cihampelas, nggak ada bedanya, yang penting ada kolam. Dan bikini, pastinya.

Setelah dilihat-lihat, kayanya ini bukan dekat kolam manapun juga sih

4. Flashback adegan perkosaan yang ngelibatin setannya waktu masih idup.
Kalo setannya cewek berarti dulunya dia diperkosa, kalo setannya cowok, berarti dulunya dia yang pemerkosa.

Kebiasaan waktu idup yang susah diilangin

5. Ada adegan pembunuhan sadis.
Baik pembunuh maupun korbannya sebaiknya diperanin oleh cewek sexy, yang idealnya dalam keadaan nyaris telanjang sehingga bisa kelihatan makin banyak area tubuhnya yang terpercik darah segar.

Tapi make-up dan rambut entah gimana harus selalu tetep rapih ala kondangan

6. Cowok-cowok nanggung.
Tanpa henti mereka bakal ngeluarin lawakan katro gaya Dono-Kasino-Indro sepanjang film. Cowok-cowok ini biasanya berguna cuma biar suasana tegang adegan-adegan berdarah diselingi humor (jorok) yang bikin rileks, dalam adegan-adegan ‘cari kesempetan’ yang ngelibatin para tokoh cewek sexy. Kelakuan cowok-cowok nanggung ini harus bodoh, gengges, dan selalu punya niatan jorok. Mereka biasanya KO waktu akhirnya dapat kesempatan bercumbu sama satu-satunya cewek cakep yang seumur idup mau sama mereka, yaitu si cewek pembunuh (lihat #5).

Ada yang panjang umur abis kelakuannya begini, tapi biasanya mati cepat

7. Ada tokoh dukun.
Nah, dukun ini bisa jadi tumbal plot kalo udah mati gaya. Soalnya, konflik biasanya dimulai waktu tokoh-tokoh yang punya masalah percintaan seperti cemburu buta, ditolak cinta, atau ababil-isme yang lainnya datang ke dukun. Bukannya ngasih solusi, dukun ini biasanya bakal bikin konflik cerita makin ribet, karena BM ato banyak mau… mulai dari nagih duit di muka, minta tali BH eh tali pocong perawan, nyuruh gali kuburan janda, nyuruh makan serangga, minta potongan anggota tubuh manusia, sampe nagihin duit lagi, ada aja perintah dukun yang nyusahin idup para tokoh dari awal ampe akhir.

“Mbah Dukun? Udah nggak jaman, cyin! Panggil saya Mami…”

8. Pemeran cewek yang diganggu setan dalam keadaan tubuh sangat terekspos,
misalnya di kamar mandi pas lagi buka baju depan cermin, atau lagi mandi di bak atau shower, atau lagi tidur di kasur dalam keadaan telentang/mengangkang/mengundang. Kadang juga mereka diganggu setan/pocong/kuntilanak waktu lagi bercumbu, biasanya di atas ranjang besar yang ditutupin kelambu. Bonus +10 kalo sampe terjadi adegan panas antara si cewek sama si setan. Bonus +100, kalo menjelang akhir film ternyata si cewek hamil gara-gara si setan.

Kadang setan juga punya kebutuhan

9. Make-up dan special effects film yang canggih punya.
Jangan lupa sediain obat pemutih, putih telor sama kapur papan tulis buat ngebedakin pemeran setan kamu, sama darah sapi dicampur saos pepaya buat efek darah muncrat dalam adegan-adegan horor.

“Say, kayanya lampunya mending matiin aja deh…”

10. Judul orisinil yang kontroversial.
Yang terakhir tapi mungkin terpenting, siapin judul film yang bikin publik gak mungkin gak nengok ke poster film kamu. Selain sinematografi mantap dan plot ground-breaking kaya yang udah diterangin di atas, judul-judul seperti Siksa Kubur Pelacur, Kasur Pengantin Berdarah dan Desahan Pocong Menopause bakal semakin mendongkrak peluang film horor kamu masuk box-office dan layak buat ditonton ulang berkali-kali.

Segera hadir, Raungan Syaitan Mandi Junub

Sumber

11 Film Pertama di Indonesia

Film Indonesia jaman sekarang sudah lumayan bergerak, dalm artian masih banyak produksi film indonesia yang kita lihat di putar di gedong bioskop di indonesia bahkan ada yang di putar di luar negeri. LUAR BIASA!! nah berbicara tentang film, mungkin terbersit dibenak kita, film indonesia yang mana yang pertama kali diproduksi di indonesia dan bahkan hasil produksi Orang Indonesia.

1. Loetoeng Kasaroeng (1926)

Loetoeng Kasaroeng adalah sebuah film Indonesia tahun 1926. Meskipun diproduksi dan disutradarai oleh pembuat film Belanda, film ini merupakan film pertama yang dirilis secara komersial yang melibatkan aktor Indonesia.

2. Eulis Atjih (1927)

Sebuah film bisu bergenre melodrama keluarga, film ini disutradarai oleh G. Kruger dan dibintangi oleh Arsad & Soekria. Film ini diputar bersama-sama dengan musik keroncong yang dilakukan oleh kelompok yang dipimpin oleh Kajoon, seorang musisi yang populer pada waktu itu. Kisah Eulis Atjih, seorang istri yang setia yang harus hidup melarat bersama anak-anaknya karena ditinggal suaminya yang meninggalkannya untuk berfoya-foya dengan wanita lain, walaupun dengan berbagai masalah, akhirnya dengan kebesaran hatinya Eulis mau menerima suaminya kembali walaupun suaminya telah jatuh miskin.

3. Lily Van Java (1928)

Film yang diproduksi perusahaan The South Sea Film dan dibuat bulan Juni 1928. Bercerita tentang gadis yang dijodohkan orang tuanya padahal dia sudah punya pilihan sendiri. Pertama dibuat oleh Len H. Roos, seorang Amerika yang berada di Indonesia untuk menggarap film Java. Ketika dia pulang, dilanjutkan oleh Nelson Wong yang bekerja sama dengan David Wong, karyawan penting perusaahaan General Motors di Batavia yang berminat pada kesenian, membentuk Hatimoen Film. Pada akhirnya, film Lily van Java diambil alih oleh Halimoen. Menurut wartawan Leopold Gan, film ini tetap digemari selama bertahun-tahun sampai filmnya rusak. Lily van Java merupakan film Tionghoa pertama yang dibuat di Indonesia.

4. Resia Boroboedoer (1928)

Film yang diproduksi oleh Nancing Film Co, yang dibintangi oleh Olive Young, merupakan film bisu yang bercerita tentang Young pei fen yang menemukan sebuah buku resia (rahasia) milik ayahnya yang menceritakan tentang sebuah bangunan candi terkenal (Borobudur). Diceritakan juga di candi tersebut terdapat sebuah harta karun yang tak ternilai, yaitu guci berisi abu sang Buddha Gautama.

5. Setangan Berloemoer Darah (1928)

Film yang disutradarai oleh Tan Boen San, setelah pencarian di beberapa sumber, sinopsis film ini belum diketahui secara pasti.

6. Njai Dasima I (1929)

Film ini berasal dari sebuah karangan G. Francis tahun 1896 yang diambil dari kisah nyata, kisah seorang istri simpanan, Njai (nyai) Dasima yang terjadi di Tangerang dan Betawi/Batavia yang terjadi sekitar tahun 1813-1820-an. Nyai Dasima, seorang gadis yang berasal dari Kuripan, Bogor, Jawa Barat. Ia menjadi istri simpanan seorang pria berkebangsaan Inggris bernama Edward William. Oleh sebab itu, akhirnya ia pindah ke Betawi/Batavia. Karena kecantikan dan kekayaannya, Dasima menjadi terkenal. salah seorang penggemar beratnya Samiun yang begitu bersemangat memiliki Nyai Dasima membujuk Mak Buyung untuk membujuk Nyai Dasima agar mau menerima cintanya. Mak buyung berhasil membujuk Dasima walaupun Samiun sudah beristri. Hingga akhirnya Nyai Dasima disia-siakan Samiun setelah berhasil dijadikan istri muda.

7. Rampok Preanger (1929)

Ibu Ining tidak pernah menduduki bangku sekolah, tahun 1920-an adalah seorang penyanyi keroncong terkenal pada Radio Bandung (NIROM) yang sering pula menyanyi berkeliling di daerah sekitar Bandung. Kemudian ia memasuki dunia tonil sebagai pemain sekaligus sebagai penyanyi yang mengadakan pagelaran keliling di daerah Priangan Timur. Main film tahun 1928 yang berlanjut dengan 3 film berikutnya. Film-film itu seluruhnya film bisu. Ketika Halimoen Film ditutup tahun 1932, hilang pulalah Ibu Ining dari dunia film. Namun sampai pecahnya PD II, ia masih terus menyanyi dan sempat pula membuat rekaman di Singapura dan Malaya. Pada tahun 1935 ia meninggal dunia dalam usia 69 tahun karena sakit lever.

8. Si Tjonat (1929)

Cerita dalam film ini berputar pada kisah seseorang yang dijuluki si Tjonat. Nakal sejak kecil, si Tjonat (Lie A Tjip) melarikan diri ke Batavia (Jakarta) setelah membunuh temannya. Di kota ini ia menjadi jongos seorang Belanda, bukannya berterima kasih karena mendapat pekerjaan, ia juga menggerogoti harta nyai tuannya itu. Tak lama kemudian ia beralih profesi menjadi seorang perampok dan jatuh cinta kepada Lie Gouw Nio (Ku Fung May). Namun cintanya bertepuk sebelah tangan, penolakan Gouw Nio membuatnya dibawa lari oleh si Tjonat. Usaha jahat itu dicegah oleh Thio Sing Sang (Herman Sim) yang gagah perkasa.

9. Si Ronda (1930)

Film ini disutradaria oleh Lie Tek Swie & A. LOEPIAS (Director of Photography), dan dibintangi oleh Bachtiar Efendy & Momo. Film ini bercerita tentang kisah seorang jagoan perkelahian yang mengandung unsur kebudayaan Cina.

10. Boenga Roos dari Tjikembang (1931)

Film bersuara pertama di Indonesia, film ini menceritakan tentang hubungan antar etnis Cina & pribumi. Dalam film ini, The Teng Chun bertindak sebagai sutradara dan kamera. Cerita ini dikarang oleh Kwee Tek Hoay dan pernah dipentaskan Union Dalia Opera pada 1927, meskipun cuma ringkasan cerita saja, yaitu tentang Indo-Tiongha. Dan film ini diberitakan oleh pengarangnya film Cina buatan Java ini adalah karya Indo-Tiongha.

11. Darah dan Doa (1950), film pertama Indonesia yang dibuat oleh orang Indonesia

Darah dan Doa adalah sebuah film Indonesia karya Usmar Ismail yang diproduksi pada tahun 1950 dan dibintangi oleh Faridah. Film ini merupakan film Indonesia pertama yang sepenuhnya dibuat oleh warga pribumi. Film ini ialah produksi pertama Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini), dan tanggal syuting pertama film ini 30 Maret 1950, yang kemudian dirayakan sebagai Hari Film Nasional. Kisah film ini berasal dari skenario penyair Sitor Situmorang, menceritakan seorang pejuang revolusi Indonesia yang jatuh cinta kepada salah seorang Belanda yang menjadi tawanannya.

5 Film Horor Berdasarkan Kisah Nyata

Beberapa film horror sering dibubuhi keterangan “Berdasarkan Kisah Nyata”. Namun tak sedikit yang menjadikannya hanya sebagai trik agar film tersebut laris. Cukup susah membedakan film yang terinspirasi kejadian sesungguhnya atau hanya rekaan saja.
Setidaknya 5 judul fim di bawah ini benar-benar dibuat berdasar kisah nyata
1. The Amityville Horror

Film ini mengisahkan pasangan suami-isteri John dan Kathy Lutz beserta anak-anak mereka yang membeli rumah di Long Island. Rumah tersebut ternyata menjadi lokasi pembunuhan masal bertahun-tahun lalu. Keluarga Lutz pun diteror oleh berbagai kejadian seram dan dipaksa pergi oleh hantu dari rumah mereka.
Film ini diangkat dari kisah nyata George dan Kathy Lutz (pada film, nama sang suami George diganti menjadi John) berdasarkan pengalaman mereka saat membeli rumah di Amityville. Pasangan suami-isteri ini mendengar berbagai suara aneh meskipun siang hari. Mereka juga melihat lendir berwarna hijau mengalir keluar dari dinding rumah, sehingga keluarga Lutz berlari keluar rumah ketakutan.

2. The Entity

Film Entity termasuk film horror konsumsi dewasa, yang bercerita tentang Carla Morgan, seorang ibu tunggal dengan tiga anak. Ia diperkosa berulang kali oleh hantu aneh di rumahnya.
Film ini diangkat dari kisah nyata Doris Bither yang tinggal di Culver City, California. Pada tahun 1974 paranormal Kerry Gaynor dan Barry Taff dipanggil karena Bither mengaku telah mengalami kekerasan fisik seksual oleh mahluk halus.
Gaynor dan Taff menyaksikan benda-benda bergerak di rumahnya, termasuk foto penampakan cahaya mengambang. Tetapi mereka tidak pernah melihat penyerangan hantu terhadap Bither. Gangguan hantu berkurang setelah Bither dan keluarga pindah rumah.

3. The Exorcism of Emily Rose

Film Exorcism mungkin jadi film horror paling populer. Kisahnya sendiri terinspirasi dari pengalaman hidup seorang gadis Jerman 16-tahun bernama Annelise Michel. Ia mengalami kerasukan yang parah, menyiksa diri sendiri, kelaparan hingga kelumpuhan.
Penderitaanya berlangsung hingga 7 tahun hingga akhinya dua imam dipanggil dan melakukan eksorsisme – ritual pengusiran roh jahat. Mereka menyatakan bahwa Michel dirasuki banyak hantu. Michel akhirnya meninggal bulan Juli 1976 karena kelaparan. Orang tua dan dua imam tadi diajukan ke pengadilan dengan dugaan pembunuhan.
Kisah Annelise Michel yang kemudian diangkat ke dalam film, nama tokoh diganti menjadi Emily Rose. Namun, plot cerita berjalan serupa dengan kejadian nyata.

4. Wolf Creek

Sebenarnya fim Wolf Creek tidak termasuk film horror yang berkaitan langsung dengan para hantu, melainkan pembunuh berantai. Dalam film diceritakan tiga pengelana (backpackers) disandera oleh seorang psikopat gila.
Film ini diangkat dari kisah Ivan Milat, seorang pembunuh berantai yang bertanggung jawab atas kematian tujuh backpackers di sekitar Belanglo State Forest, Australia sekitar tahun 90an. Milat menguntit pejalan kaki sebelum akhirnya ia menembak, menusuk, mencekik atau memukul korbannya sampai mati. Pihak berwajib cukup kesulitan menangkap Milat karena tak ada motif atau pola tertentu saat melakukan kejahatan, selain tujuan psikopat ini hanya satu: membunuh.

5. The Haunting in Connecticut

Film ini bercerita tentang keluarga Campbell yang terpaksa pindah ke sebuah tempat bekas kamar mayat. Ini dilakukan agar mereka bisa dengan cepat pergi ke rumah sakit tempat anak mereka dirawat karena kanker. Ternyata bekas kamar mayat tersebut penuh kekuatan jahat, mereka pun dihantui berbagai teror menyeramkan.
Film ini terinspirasi pada kisah Carmen Snedecker dan keluarganya yang pindah ke Connecticut pada era 80-an agar lebih dekat dengan anak mereka Phillip, yang menerima perawatan kanker di rumah sakit. Ternyata kondisi Phillip menjadi tidak menentu dan mengklaim bahwa rumah itu berhantu, namun orang tuanya percaya bahwa ia mengalami skizofrenia.

Dan yang terbaru adalah The Conjuring

Sumber