Asal Usul Sejarah Film Dokumenter di Dunia

Film dokumenter tidak seperti halnya film fiksi (cerita) merupakan sebuah rekaman peristiwa yang diambil dari kejadian yang nyata atau sungguh-sungguh terjadi. Definisi “dokumenter” sendiri selalu berubah sejalan dengan perkembangan film dokumenter dari masa ke masa. Sejak era film bisu, film dokumenter berkembang dari bentuk yang sederhana menjadi semakin kompleks dengan jenis dan fungsi yang semakin bervariasi. Inovasi teknologi kamera dan suara memiliki peran penting bagi perkembangan film dokumenter. Sejak awalnya film dokumenter hanya mengacu pada produksi yang menggunakan format film (seluloid) namun selanjutnya berkembang hingga kini menggunakan format video (digital). Berikut adalah ulasan singkat mengenai perkembangan sejarah film dokumenter dari masa ke masa.
..
Era Film Bisu

 
Sejak awal ditemukannya sinema, para pembuat film di Amerika dan Perancis telah mencoba mendokumentasikan apa saja yang ada di sekeliling mereka dengan alat hasil temuan mereka. Seperti Lumiere Bersaudara, mereka merekam peristiwa sehari-hari yang terjadi di sekitar mereka, seperti para buruh yang meninggalkan pabrik, kereta api yang masuk stasiun, buruh bangunan yang bekerja, dan lain sebagainya. Bentuknya masih sangat sederhana (hanya satu shot) dan durasinya pun hanya beberapa detik saja. Film-film ini lebih sering diistilahkan “actuality films”. Beberapa dekade kemudian sejalan dengan penyempurnaan teknologi kamera berkembang menjadi film dokumentasi perjalanan atau ekspedisi, seperti South (1919) yang mengisahkan kegagalan sebuah ekspedisi ke Antartika.

 
Tonggak awal munculnya film dokumenter secara resmi yang banyak diakui oleh sejarawan adalah film Nanook of the North (1922) karya Robert Flaherty. Filmnya menggambarkan kehidupan seorang Eskimo bernama Nanook di wilayah Kutub Utara. Flaherty menghabiskan waktu hingga enam belas bulan lamanya untuk merekam aktifitas keseharian Nanook beserta istri dan putranya, seperti berburu, makan, tidur, dan sebagainya. Sukses komersil Nanook membawa Flaherty melakukan ekspedisi ke wilayah Samoa untuk memproduksi film dokumenter sejenis berjudul Moana (1926). Walau tidak sesukses Nanook namun melalui film inilah pertama kalinya dikenal istilah “documentary”, melalui ulasan John Grierson di surat kabar New York Sun. Oleh karena peran pentingnya bagi awal perkembangan film dokumenter, para sejarawan sering kali menobatkan Flaherty sebagai “Bapak Film Dokumenter”.
..
Sukses Nanook juga menginspirasi sineas-produser Merian C. Cooper dan Ernest B. Schoedsack untuk memproduksi film dokumenter penting, Grass: A Nation's Battle for Life (1925) yang menggambarkan sekelompok suku lokal yang tengah bermigrasi di wilayah Persia. Kemudian berlanjut dengan Chang: A Drama of the Wilderness (1927) sebuah film dokumenter perjalanan yang mengambil lokasi di pedalaman hutan Siam (Thailand). Eksotisme film-film tersebut kelak sangat mempengaruhi produksi film (fiksi) fenomenal produksi Cooper, yaitu King Kong (1933). Di Eropa, beberapa sineas dokumenter berpengaruh juga bermunculan. Di Uni Soviet, Dziga Vertov memunculkan teori “kino eye”. Ia berpendapat bahwa kamera dengan semua tekniknya memiliki nilai lebih dibandingkan mata manusia. Ia mempraktekkan teorinya melalui serangkaian seri cuplikan berita pendek,Kino Pravda (1922), serta The Man with Movie Camera (1929) yang menggambarkan kehidupan keseharian kota-kota besar di Soviet. Sineas-sineas Eropa lainnya yang berpengaruh adalah Walter Ruttman dengan filmnya, Berlin - Symphony of a Big City (1927) lalu Alberto Cavalcanti dengan filmnya Rien Que les Heures.

Era Menjelang dan Masa Perang Dunia
..
 
Film dokumenter berkembang semakin kompleks di era 30-an. Munculnya teknologi suara juga semakin memantapkan bentuk film dokumenter dengan teknik narasi dan iringan ilustrasi musik. Pemerintah, institusi, serta perusahaan besar mulai mendukung produksi film-film dokumenter untuk kepentingan yang beragam. Salah satu film yang paling berpengaruh adalah Triump of the Will (1934) karya sineas wanita Leni Riefenstahl, yang digunakan sebagai alat propaganda Nazi. Untuk kepentingan yang sama, Riefenstahl juga memproduksi film dokumenter penting lainnya, yakni Olympia (1936) yang berisi dokumentasi even Olimpiade di Berlin. Melalui teknik editing dan kamera yang brilyan, atlit-atlit Jerman sebagai simbol bangsa Aria diperlihatkan lebih superior ketimbang atlit-atlit negara lain.

Di Amerika, era depresi besar memicu pemerintah mendukung para sineas dokumenter untuk memberikan informasi seputar latar-belakang penyebab depresi. Salah satu sineas yang menonjol adalah Pare Lorentz. Ia mengawali dengan The Plow that Broke the Plains(1936), dan sukses film ini membuat Lorentz kembali dipercaya memproduksi film dokumenter berpengaruh lainnya, The River (1937). Kesuksesan film-film tersebut membuat pemerintah Amerika serta berbagai institusi makin serius mendukung proyek film-film dokumenter. Dukungan ini kelak semakin intensif pada dekade mendatang setelah perang dunia berkecamuk.
..
Perang Dunia Kedua mengubah status film dokumenter ke tingkat yang lebih tinggi. Pemerintah Amerika bahkan meminta bantuan industri film Hollywood untuk memproduksi film-film (propaganda) yang mendukung perang. Film-film dokumenter menjadi semakin populer di masyarakat. Sebelum televisi muncul, publik dapat menyaksikan kejadian dan peristiwa di medan perang melalui film dokumenter serta cuplikan berita pendek yang diputar secara reguler di teater-teater. Beberapa sineas papan atas Hollywood, seperti Frank Capra, John Ford, William Wyler, dan John Huston diminta oleh pihak militer untuk memproduksi film-film dokumenter Perang. Capra misalnya, memproduksi tujuh seri film dokumenter panjang bertajuk, Why We Fight (1942-1945) yang dianggap sebagai seri film dokumenter propaganda terbaik yang pernah ada. Capra bahkan bekerja sama dengan studio Disney untuk membuat beberapa sekuen animasinya. Sementara John Ford melalui The Battle of Midway (1942) dan William Wyler melaluiMemphis Belle (1944) keduanya juga sukses meraih piala Oscar untuk film dokumenter terbaik.

Era Pasca Perang Dunia

Pada era setelah pasca Perang Dunia Kedua, perkembangan film dokumenter mengalami perubahan yang cukup signifikan. Film dokumenter makin jarang diputar di teater-teater dan pihak studio pun mulai menghentikan produksinya. Semakin populernya televisi menjadikan pasar baru bagi film dokumenter. Para sineas dokumenter senior, seperti Flaherty, Vertov, serta Grierson sudah tidak lagi produktif seperti pada masanya dulu. Sineas-sineas baru mulai bermunculan dan didukung oleh kondisi dunia yang kini aman dan damai makin memudahkan film-film mereka dikenal dunia internasional. Satu tendensi yang terlihat adalah film-film dokumenter makin personal dan dengan teknologi kamera yang semakin canggih membantu mereka melakukan berbagai inovasi teknik. Tema dokumenter pun makin meluas dan lebih khusus, seperti observasi sosial, ekspedisi dan eksplorasi, liputan even penting, etnografi, seni dan budaya, dan lain sebagainya.

Sineas Swedia, Arne Sucksdorff menggunakan lensa telefoto dan kamera tersembunyi untuk merekam kehidupan satwa liar dalam The Great Adventure (1954); Oceanografer Jeacques Cousteau memproduksi beberapa seri film dokumenter kehidupan bawah laut, seperti The Silent World (1954); Observasi kota tampak melalui karya Frank Stauffacher,Sausalito (1948) serta Francis Thompson, N.Y., N.Y. (1957). Mengikuti gaya eksotis Flaherty, John Marshall memproduksi The Hunters (1956) mengambil lokasi di gurun Kalihari di Afrika. Lalu Robert Gardner memproduksi salah satu film antropologis penting,Dead Birds (1963) yang menggambarkan suku Dani di Indonesia dengan ritual perangnya. Di Perancis, beberapa sineas berpengaruh seperti Alan Resnais, Georges Franju, serta Chris Marker lebih terfokus pada masalah seni dan budaya. Resnais mencuat namanya setelah filmnya, Van Gogh (1948) meraih penghargaan di Venice dan Academy Award. Franju memproduksi beberapa film dokumenter berpengaruh seperti Blood of the Beast(1948) dan Hotel des invalides (1951). Sementara Marker memproduksi Sunday in Peking(1956) dan Letter from Siberia (1958).

Direct Cinema
..
Pada akhir 50-an hingga pertengahan 60-an perkembangan film dokumenter mengalami perubahan besar. Dalam produksinya, sineas mulai menggunakan kamera yang lebih ringan dan mobil, jumlah kru yang sedikit, serta penolakan terhadap konsep naskah dan struktur tradisional. Mereka lebih spontan dalam merekam gambar (tanpa diatur), minim penggunaan narasi dengan membiarkan obyeknya berbicara untuk mereka sendiri (interview). Pendekatan ini dikenal dengan banyak istilah, seperti “candid” cinema, “uncontrolled” cinema, hingga cinéma vérité (di Perancis), namun secara umum dikenal dengan istilah Direct Cinema. Beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya tren ini, yakni gerakan Neorealisme Italia yang menyajikan keseharian yang realistik, inovasi teknologi kamera 16mm yang lebih kecil dan ringan, inovasi perekam suara portable, serta pengisi acara televisi yang popularitasnya semakin tinggi. Pendekatan Direct Cinema terutama banyak digunakan sineas asal Amerika, Kanada, dan Perancis.

 
Di Amerika, pengusung Direct Cinema yang paling berpengaruh adalah Robert Drew, seorang produser yang juga jurnalis foto. Drew membawahi beberapa sineas dokumenter berpengalaman seperti, Richard Leacock, Don Pannebaker, serta David dan Albert Maysles. Drew memproduksi film-film dokumenter yang lebih ditujukan untuk televisi, satu diantaranya yang paling berpengaruh adalah Primary (1960). Film ini menggambarkan kontes politik antara John Konnedy dan Hubert Humprey di Wisconsin. Drew bersama para asistennya merekam momen demi momen secara spontan. Secara bergantian kamera mengikuti kemana pun dua politisi tersebut pergi, di tempat kerja, bertemu publik di jalanan, berpidato, dan bahkan ketika tengah bersantai di hotel. Dalam perkembangan Leacock, Pannebaker, dan Maysles meninggalkan perusahaan milik Drew dan membentuk perusahaan mereka sendiri. Beberapa diantaranya memproduksi film-film dokumenter penting, seperti What’s Happening! The Beatles in New York (1964) arahan Maysles Bersaudara yang dianggap merupakan film dokumenter Amerika pertama tanpa penggunaan narasi sama sekali.

Di Perancis, salah satu pengusung cinéma vérité yang paling berpengaruh adalah Jean Rouch. Salah satu karyanya yang dianggap paling berpengaruh (bahkan di dunia) adalahCronicle of a Summer (1961). Rouch berkolaborasi dengan sosiologis, Edgar Morin menggunakan pendekatan baru cinéma vérité, yakni tidak hanya semata-mata melakukan observasi dan bersimpati namun juga provokasi. “You push these people to confess themselves… it’s very strange kind of confession in front of the camera, where the camera is, let’s say, a mirror, and also a window open to the outside” ungkap Rouch. Dalam filmnya tampak Morin berdiskusi dengan pelajar serta para pekerja di Kota Paris tentang kehidupan mereka dengan melayangkan pertanyaan kunci, “Are you happy?”. Rouch membiarkan subyeknya mendefinisikan sendiri masalah mereka secara alamiah melalui performa mereka di depan kamera.
..
Sejak pertengahan 60-an, pengembangan teknologi kamera 16mm dan 35 mm yang semakin canggih serta ringan makin menambah fleksibilitas para pengusung Direct Cinema. Sejak awal 60-an, hampir semua sineas dokumenter telah menggunakan teknik kamera handheld untuk merekam segala peristiwa. Direct Cinema juga berpengaruh pada perkembangan film fiksi secara estetik melalui gerakan new wave, seperti di Perancis. Para sineas new wave seringkali menggunakan kamera handheld, pencahayaan yang tersedia, kru yang minim, serta shot on location. Bahkan film-film (fiksi) mainstream pun seringkali mengadopsi teknik Direct Cinema untuk menambah unsur realisme sebuah adegan. Pendekatan Direct Cinema secara umum berpengaruh perkembangan seni film di dunia terutama pada era 60-an dan 70-an.
..
Warisan Direct Cinema dan Perkembangannya Hingga Kini
 
Dalam perkembangannya, Direct Cinema terbukti sebagai kekuatan yang berpengaruh sepanjang sejarah film dokumenter. Berbagai pengembangan serta inovasi teknik serta tema bermunculan dengan motif yang makin bervariasi. Salah satu bentuk variasi dari Direct Cinema yang paling populer adalah “rockumentaries” (dokumentasi musik rock).Rockumentaries memiliki bentuk serta jenis yang beragam. Let it Be (1970) memperlihatkan grup musik legendaris The Beatles yang tengah mempersiapkan album mereka. Woodstock: Three Days of Peace & Music (1970) garapan Michael Wadleigh merupakan dokumentasi dari festival musik tiga hari di sebuah lahan pertanian yang menampilkan beberapa musisi rock papan atas. Woodstock sering dianggap sebagai film dokumenter musik terbaik sepanjang masa dan menjadi dasar berpijak bagi film-film dokumentasi sejenis berikutnya. Pada dekade mendatang, This is Spinal Tap (1984) merupakan sebuah parodi rockumentary yang terbukti paling sukses komersil pada masanya.

Tradisi Direct Cinema juga tampak pada film-film kontroversial karya Fredrick Wiseman. Film-filmnya banyak bersinggungan dengan kontrol sosial, berkait erat dengan birokrasi dan bagaimana masyarakat dibuat frustasi olehnya. Dalam film debutnya, High School (1968) memperlihatkan bagaimana para siswa berontak melawan birokrasi di sekolah mereka. Maysles Bersaudara memproduksi film “Direct Cinema” Amerika berpengaruh, Salesman(1966) yang menggambarkan seorang salesman yang gagal. Sejak era 70-an, format film dokumenter mulai berubah melalui kombinasi pendekatan Direct Cinema, kompilasi footage, narasi, serta iringan musik. Salah satu sineas yang mempelopori format kombinasi ini adalah Emile De Antonio melalui film anti perangnya, Vietnam: In the Year’s of the Pig(1969). Dalam perkembangannya format ini mendominasi gaya film dokumenter selama beberapa dekade ke depan. Munculnya format digital juga semakin memudahkan siapa pun untuk memproduksi film dokumenter. Kritik sosial dan politik, lingkungan hidup, serta keberpihakan kaum minoritas masih menjadi menu utama tema film dokumenter beberapa dekade ke depan.

 

Beberapa sineas dokumenter berpengaruh muncul selama periode 70-an hingga kini. Erol Morris memproduksi film-film dokumenter unik dengan tema dan subyek yang tak lazim, seperti Gates of Heaven (1978), The Thin Blue Line (1988), serta Mr. Death (2000). Barbara Kopple dikenal melalui filmnya bertema demonstasi buruh, yakni, Harlan County, USA (1976) dan American Dream (1990). Michael Moore gemar melakukan kritik sosial dan politik melalui film-filmnya Roger and Me (1989), Bowling for Columbine (2001), Fahrenheit 9/11 (2004) serta Sicko. Kevin Rafferty dikenal melalui film-filmnya seperti The Atomic Café(1982) dan The Last Cigarettes (1999). Pendekatan eksotis Flaherty juga masih tampak dalam film peraih Oscar, March of the Penguins (2005) yang tercatat sebagai film dokumenter terlaris sepanjang masa. Selama sejarah perkembangannya, film dokumenter terbukti dapat lebih manipulatif ketimbang film-film fiksi komersil. Film dokumenter melalui penyajian dan subyektifitasnya seringkali cenderung menggiring kita untuk memihak. Masalah etika dan moral selalu dipertanyakan. Sineas dokumenter seyogyanya tidak hanya mampu menyajikan fakta namun juga kebenaran.


Sumber

10 Film Terbaik Tentang Persahabatan

Sahabat merupakan sesosok orang yang selalu ada disaat kita butuh. Dia akan selalu menganggap kita bagian dari hidupnya dalam keadaan apapun, tak peduli saat kita susah ataupun senang. Sahabat adalah orang pertama yang menjulurkan tangan ketika kita membutuhkan uluran tangan. Sahabat juga orang yang pertama kali datang disaat kita sedang merasa kesepian. Meskipun kadang dia menghilang tapi yakinlah seorang sahabat suatu saat pasti akan datang kembali di hidup kita.
Dalam dunia perfilman, ada banyak film yang mengangkat tema persahabatan tapi dari sekian banyaknya film film bertema persahabatan tersebut ada 10 film yang benar benar the best menurut ane. Selain dari segi cerita yang beda juga didukung oleh akting para pemainnya yang jempolan. Inilah gans 10 Film Terbaik Tentang Persahabatan versi ane. Check this out :

1. The Shawshank Redemption

[Image: shawshank_redemption.jpg]



Kisahnya yang berlatar pada tahun 1947 di Maine, Amerika Serikat ini dimulai dengan seorang bankir muda yang kariernya sedang menanjak, Andy Dufresne (Tim Robbins) dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena ia dituduh membunuh istrinya dan selingkuhan istrinya, celakanya bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa ia adalah pembunuh istrinya dan juga pria selingkuhan istrinya itu, padahal sebenarnya ia bukan pelakunya. Andy kemudian dikirim ke sebuah penjara bernama Shawshank Prison yang dipimpin oleh Sipir Samuel Norton (Bon Gunton).

Di sana, Andy pada mulanya sangat terisolasi dan kesepian, namun ia lalu menyadari bahwa dalam hatinya masih tersimpan sepercik harapan. Ia kemudian bersahabat dengan Red (Morgan Freeman), narapidana seumur hidup lain yang bisa mengatur apa saja di penjara tersebut. Red yang membantu Andy bisa bertahan di penjara yang sangat keras itu.


2. The Boy in the Striped Pyjamas

[Image: the_boy_in_the_striped_pyjamas.jpg]




Diceritakan sebuah keluarga terdiri dari Ralf, seorang SS Officer, komandan Nazi, istrinya Elsa, anak perempuannya berumur 12 tahun Gretel dan anak lelakinya berumur 8 tahun Bruno. Cerita dimulai ketika sang ayah dipindahtugaskan ke pinggiran kota untuk menjadi komandan concentration camp Nazi. Bruno sedih karena ditempat itu ia tidak mempunyai teman bermain dan juga tidak diperbolehkan untuk keluar rumah. Suatu saat Bruno melihat penjara melalui jendela kamarnya. Ia mengira tempat itu adalah pemukiman para petani, dan mereka semua menggunakan baju tidur. Padahal itu adalah penjara bagi orang-orang yahudi.

Bruno sering menyelinap keluar rumahnya untuk mendekati tempat itu, hingga ia berkenalan dengan anak yahudi seumurannya bernama Shmuel. Mereka sering bermain bersama, walaupun dipisahkan oleh pagar listrik. Hingga suatu hari ketika Bruno ingin membantu Shmuel menemukan ayahnya yang hilang. Ia membawa sekop dan mulai menggali lubang di bawah pagar listrik kamp tersebut.

3. Heart Is

[Image: hearty_paws.jpg]




Heart Is atau Hearty Paws adalah sebuah film korea yang menceritakan tentang persahabatan Chan, seorang anak berusia 11 tahun dengan adiknya dan Hearty seorang anjing yang menjadi hadiah ulang tahun dari Chan untuk adiknya. Chan mencuri Hearty saat masih kecil untuk dihadiahkan kepada adiknya, Soi di hari ulang tahunnya. Chan, Soi, dan Hearty akhirnya tinggal bertiga di sebuah rumah dipedesaan, karena Ayah Chan sudah meninggal dan ibunya pergi mencari uang ke daerah lain dan tidak pernah mengirim kabar. Sampai suatu peristiwa terjadi dan merubah hidup mereka. Soi adik Chan mengalami kecelakaan.

Tokoh Chan dan Soi dalam film ini diperankan dengan sangat baik oleh Yoo Seung Ho (pemeran utama film THE WAY HOME) sebagai Chan dan Kim Hyang Gi (pemeran utama dalam film WEDDING DRESS) sebagai Soi.

4. The Kite Runner

[Image: kite_runner.jpg]




Film diawali oleh Amir dewasa yang menerima telepon dari Afganistan yang menyuruhnya agar kembali kesana segera, Amir langsung teringat masa kecilnya dulu…Film pun dibuat flashback, berawal dari persahabatan antara Amir kecil (anak dari suku Pushtun yang terpandang) dan Hassan (anak dari suku minoritas Hazara yang menjadi abdi/pelayan yang setia di rumah keluarga Amir) yang setiap hari menemani bermain bersama. Bahkan oleh Amir, Hassan sudah dianggap seperti saudaranya. Namun, suatu ketika ada peristiwa yang mengubah segalanya, sewaktu mengejar layang-layang yang putus Amir dan Hassan dihadang oleh segerombolan anak-anak nakal, sesaat itu juga Hassan maju membela Amir sehingga Amir berhasil lari dan bersembuyi, namun Hassan dikeroyok hingga memar,bahkan yang lebih menyedihkan, Hassan mengalami pelecehan seksual oleh anak-anak nakal tersebut. Hal tersebut disaksikan langsung oleh Amir dalam persembunyiannya. Di kediamannya, Amir mengalami kegalauan, Amir takut disalahkan karena menyebabkan Hassan mengalami pelecehan seksual. Dalam keadaan terpaksa Amir mengkhianati Hassan, dengan membuat skenario bahwa Hassan telah mencuri jam tangan pemberian ayahnya dengan menyembunyikannya di rumah Hassan, sehingga ayah Hassan merasa malu sebagai pelayan di rumah itu. Akhirnya mereka dengan sangat terpaksa mengundurkan diri sebagai pelayan dan pergi meninggalkan keluarga Amir. Dan karena terjadi perang (Soviet menyerang Afganistan), keluarga Amir bermigrasi ke Amerika Serikat.


5. Laskar Pelangi

[Image: laskar_pelangi.jpg]




Hari pertama pembukaan kelas baru di sekolah SD Muhammadyah menjadi sangat menegangkan bagi dua guru luar biasa, Muslimah (Cut Mini) dan Pak Harfan (Ikranagara), serta 9 orang murid yang menunggu di sekolah yang terletak di desa Gantong, Belitong. Sebab kalau tidak mencapai 10 murid yang mendaftar, sekolah akan ditutup.

Hari itu, Harun, seorang murid istimewa menyelamatkan mereka. Ke 10 murid yang kemudian diberi nama Laskar Pelangi oleh Bu Muslimah, menjalin kisah yang tak terlupakan.
5 tahun bersama, Bu Mus, Pak Harfan dan ke 10 murid dengan keunikan dan keistimewaannya masing masing, berjuang untuk terus bisa sekolah. Di antara berbagai tantangan berat dan tekanan untuk menyerah, Ikal (Zulfani), Lintang (Ferdian) dan Mahar (Veris Yamarno) dengan bakat dan kecerdasannya muncul sebagai pendorong semangat sekolah mereka.
Di tengah upaya untuk tetap mempertahankan sekolah, mereka kehilangan sosok yang mereka cintai.

6. Children of Heaven

[Image: children_of_heaven.jpg]




Sebuah kisah persahabatan antara kakak-adik dari negeri Timur Tengah. Seorang anak kecil bernama Ali Mandengar (diperankan oleh Amir Farrokh Hashemian) hidup sangat sederhana di tengah-tengah keluarga bersama dengan kedua orang tuanya dan kedua adiknya.

Pada suatu ketika, di sebuah tempat sol sepatu Ali bermaksud mengambilkan sepatu adik pertamanya Zahra karena selesai diperbaiki. Kemudian ketika hendak membeli kentang di sebuah warung sepatu adiknya tersebut hilang terambil oleh seorang pemulung. Ia kebingungan.
Saat menceritakan kejadian itu kepada adiknya, adiknya menangis dan meminta Ali mencari sepatunya karena ayahnya tak mungkin mampu membelinya lagi. Ali berusaha mencarinya namun tak berhasil.
Sebagai pertanggung jawabannya Ali bersedia meminjamkan sepatunya kepada adiknya (Zahra) tersebut dengan cara bergantian memakai saat sekolah yaitu dipakai Zahra pada pagi hari dan Ali memakainya di siang hari. Ini mengakibatkan Ali sering terlambat masuk sekolah dan mendapat masalah.

7. Stand by Me

[Image: stand_by_me.jpg]




Gordie, Chris, Teddie dan Vern adalah 4 orang sahabat yang sangat akrab. Pada suatu saat, Vern yang sedang mencari ‘harta karun’ mendengar percakapan 2 pemuda berandalan yang mengatakan bahwa mereka telah menemukan mayat seseorang di suatu tempat. Vern yang ketakutan segera menceritakan hal tersebut kepada 3 orang sahabatnya. Suatu kesalahan yang mungkin disesali Vern kemudian, karena akhirnya ketiga sahabatnya memutuskan untuk mencari mayat tersebut dan berusaha menjadi yang pertama menemukanya. Mau tidak mau Vern yang penakut ini harus mengikuti ajakan ketiga temannya untuk berpetualang menemukan mayat tersebut.

Di satu sisi, para berandalan yang percakapannya didengar Vern juga menceritakan perihal mayat tersebut kepada teman-temannya. Dan seperti yang sudah diduga, mereka juga tertarik untuk mencari mayat tersebut dengan mimpi menjadi pahlawan kota. Tanpa saling mengetahui, kedua kelompok yang saling bermusuhan inipun berlomba menuju tempat yang sama.

8. The Cure

[Image: the_cure.jpg]




Dexter (diperankan Joseph Mazzello), bocah bertubuh kecil dan ringkih meski usianya sudah 11 tahun. Dia tak bisa melakukan banyak aktivitas karena darahnya telah terkontaminasi virus HIV-AIDS akibat transfusi darah. Dia tinggal bersama ibunya saja. Dexter punya tetangga bernama Erik (Brad Renfro) yang juga tinggal bersama ibunya saja. Dua bocah yang berbeda usia ini (Erik lebih tua) bersahabat.

Dexter memang memiliki penyakit yang menakutkan, tapi ia punya ibu yang sangat menyayanginya. Berbeda dengan Erik, dia kuat, lincah, tapi tak merasakan kasih sayang dari ibunya yang terlalu sibuk bekerja dan tegas. Erik sering bermain dengan Dexter di rumahnya, padahal ibunya melarang karena takut dia tertular AIDS dari Dexter. Pada waktu pemahaman tentang AIDS masih minim, dan penyakit itu dianggap mudah menular begitu saja. Sehingga Dexter menjadi terkucil, hanya Erik yang mau berteman dengannya.
Erik sangat menyayangi sahabatnya, dua bocah ini memiliki kesamaan; sama-sama suka film fiksi ilmiah dan bermain perang-perangan. Erik terobsesi untuk menyembuhkan penyakit Dexter, dia percaya bahwa AIDS bisa disembuhkan oleh tanaman liar, maka mereka kerap berpetualang di hutan kecil di dekat tempat tinggal mereka untuk mencari tanaman. Dexter jadi kelinci percobaan dengan meminum ramuan-ramuan yang dibuat Erik. Suatu ketika, waktu Erik sedang ikut berbelanja dengan Dexter dan ibunya, dia menemukan majalah yang memuat berita penemuan obat penyembuh AIDS oleh seorang dokter di New Orleans.

9. Dorm

[Image: movie_dorm.jpg]




Ton Chatree (Charlie Trairat) akan segera memasuki kelas tujuh. Ia dikirim oleh ayahnya ke sebuah sekolah di luar kota agar bisa mendapatkan nilai bagus, dan juga supaya Ton tidak melapor pada ibunya bahwa ayahnya selingkuh. Di sekolah yang baru, Ia diterima oleh ibu kepala pengurus asrama, Pranee (Sukapatana), yang agak aneh dan eksentrik. Sebagai murid baru dari luar kota, ia merasa kesepian dan merindukan keluarga dan teman-teman lamanya. Teman satu asramanya menceritakan kisah seram di asrama tersebut, salah satunya adalah anak kelas tujuh yang bunuh diri dengan menceburkan diri ke kolam renang lama yang sekarang sudah tidak pernah dipakai lagi. Cerita lainnya adalah ibu Pranee yang sering menyalakan lagu dari alat pemutar piringan hitam yang rusak sambil duduk kemudian membuka laci dan menangis setiap malam. Hanya satu anak bernama Vichien (Chienthaworn) yang bersikap baik padanya, dan perlahan mereka menjadi teman baik.

Ton akhirnya mengetahui bahwa Vichien sebenarnya bukan manusia. Ia adalah hantu anak kelas tujuh yang tenggelam di kolam renang. Awalnya Ton merasa takut, tapi pada akhirnya mereka tetap berteman baik. Vichien mengajarkan Ton banyak hal tentang bagaimana hidup di asrama. Sampai pada suatu hari Ton melihat Vichien menceburkan diri ke kolam renang kosong, seakan-akan dia meronta-ronta di dalam air dan akhirnya tewas tenggelam. Kejadian itu berulang terus setiap jam enam sore. Ton kemudian mencari jalan untuk membebaskan teman baiknya dari lingkaran kematian dan bisa beristirahat dengan tenang.

10. 3 Idiots

[Image: 3_idiots.jpg]




Bercerita tentang tiga orang sahabat, yang sama-sama kuliah di Imperial College of Engineering. Merupakan salah satu perguruan tinggi Tehnik terbaik di India. Ketiganya yaitu Farhan Qureshi (R. Madhavan), Rastogi Raju (Sharman Joshi), dan Rancchoddas “Rancho” Shyamaldas Chanchad (Aamir Khan). Farhan dan Raju adalah mahasiswa dengan latar belakang sederhana sementara Rancho dari keluarga kaya. Farhan sebenarnya ingin sekali bercita-cita sebagai seorang fotografer satwa liar, namun keinginan itu harus kandas karena memenuhi keinginan ayahnya untuk masuk ke perguruan tinggi. Raju, agak dilematik di satu sisi dia meletakkan beban di pundaknya untuk mengangkat derajat keluarganya yang miskin. Sementara Rancho adalah si jenius yang kaya raya tujuannya belajar adalah untuk bersenang-senang, karena ia memang tidak mempunyai beban sama sekali.

Rancho, memiliki pandangan berbeda mengenai ilmu pengetahuan dan membuat mesin. Pandangannya begitu maju dan menentang pandangan kuno tentang membuat mesin. bahwa semuanya tidak hanya berdasarkan “teks book”, seperti yang dia ajarkan di perguruan tinggi saat ini. Dan juga ia menentang salah satu pengajarnya Profesor Viru atau biasa di panggil “Virus”(Boman Irani), oleh mahasiswa yang lain. Hal ini di awali setelah ada salah seorang mahasiswa bernama Joy Lobo, gantung diri di kamar asramanya. Kemudian Rancho menentang Virus dan memberikan sebuah data banyaknya mahasiswa yang bunuh diri, di sebabkan oleh salahnya sistem pengajaran, yang hanya menitik beratkan dari nilai ujian bukan atas dasar kreatifitas diri mahasiswa yang terkait. Maka mulailah perseteruan antara Rancho dan Virus. Virus memberi label kapada Rancho dan ke dua kawan baiknya itu sebagai “idiot”.


10 Film Terbanyak Ditonton Sepanjang Masa



10. Schindler's List (1993)
[Image: 10.jpg]


Schindler’s List adalah film 1993 berdasarkan novel Schindler’s Ark karya Thomas Keneally, yang diterbitkan di Amerika Serikat dengan judul Schindler’s List dan kemudian diedarkan kembali di negara-negara Persemakmuran dengan judul itu pula. Filmnya, yang diadaptasi oleh Steven Zaillian dan disutradarai oleh Steven Spielberg, mengisahkan riwayat Oskar Schindler, seorang pengusaha Katolik Jerman yang berperan dalam menyelamatkan nyawa lebih dari seribu orang Yahudi Polandia pada masa Holocaust. Judulnya merujuk kepada daftar nama dari 1.100 orang Yahudi yang dipekerjakan Schindler di pabriknya dan karenanya tidak dikirim ke kamp-kamp konsentrasi.



Film ini dimulai dengan gambaran tentang doa Yahudi. Pada penutup doa, sebuah lilin yang menyala pun mati, dan filmnya berubah dari berwarna menjadi hitam-putih, dan mempersiapkan suasana untuk isi yang gelap dari film ini.





9. Lord of the Rings: The Return of the King (2003)
[Image: 09.jpg]


Seperti halnya judul kisah terakhir trilogi itu, juga diceritakan bagaimana kembalinya seorang raja ke tahtanya yang memang menjadi haknya. Dimulai dengan dua hobbit yaitu Frodo (Elijah Wood) dan temannya Sam (Sean Astin) sekali lagi harus melalui perjalanan panjang dan melelahkan agar bisa mencapai daerah Mordor tempat pembuatan cincin Sauron dibuat. Karena hanya di Mordor itulah, cincin itu bisa dihancurkan. Selama melakukan perjalanan itu, mereka harus mempercayai seorang makhluk aneh bernama Gollum (Andy Serkis).



Walau Gollum terlihat telah menepati janjinya untuk membawa kedua sekawan itu melalui perjalanan berbahaya dengan aman, toh Sam masih saja menaruh curiga bahwa Gollum yang pernah dipengaruhi kekuatan jahat cincin itu punya keinginan untuk membunuh mereka agar memperoleh kembali cincin iblis itu. Kecurigaan Sam itu beralasan karena melihat sendiri bagaimana Frodo yang menyimpan cincin Dark Lord Sauron itu hampir saja dikuasai oleh kekuatan jahat dari acincin tersebut.




Sementara itu, teman-teman sesama hobbit, Merry (Dominic Monaghan) dan Pippin (Phillip Boyd) di bawah perlindungan sekolompok makhluk pohon selama penyihir baik Gandalf (Sir Ian McKellen), Legolas (Orlando Bloom) si pemuda elf yang ahli panah, orang kerdil Gimli (John Rhys-Davies) dan raja dari kerajaan Gondor yang yang harus meninggalkan tahtanya, Aragorn (Viggo Mortensen) demi melawan kekuatan kegelapan Mordor, sedang beristirahat di Rohan.




Rohan merupakan kerajaan Raja Theoden (Bernard Hill) dan rakyatnya yang berhasil mengusir pasukan mutan, monster dan binatang Mordor di Help's Deep. Aragon kini menghadapi tugas berat yaitu menyatukan orang-orang di Middle Earth yang berbeda-beda ras dan negara agar bisa melawan Mordor yang masih kuat walau telah kalah sebelumnya. Setelah Pippin dan Merry bertemu kembali dengan kelompok Aragon, Gandalf yang disertai Pippin menuju ke kerajaan Gondor untuk meminta bantuan.




Namun Gandalf menemukan bahwa seorang pejabat kerajaan Gondor, Denethor (John Noble) yang memerintah Gondor sepeninggal Aragon, ternyata tidak sudi menyerahkan kekuasaan pada Aragon yang merupakan penguasa sah. Sementara itu, Gollum akhirnya menunjukkan sifat sebenarnya. Gollum berhasil membuat Sam dan Frodo bermusuhan. Tidak hanya itu, Gollum pun membawa Frodo ke saerang laba-laba raksasa untuk dijadikan korban.




Bagaimana kekuatan baik yang diwakili Gandalf, Aragon, Legolas, Frodo dan lainnya menghadapi kekuatan jahat Sauron yang akan mengobarkan perang terakhir yang menentukan di Middle Earth?





8. Lord of the Rings: The Fellowship of the Ring (2001)
[Image: 08.jpg]


Lord of the Ring : The Fellowship of the Ring menceritakan tentang Frodo Baggins, seorang Hobbit yang mendapat tugas untuk membawa sebuah cincin sakti (The One Ring), menuju ke Gunung Doom untuk dihancurkan dengan memasukkan cincin tersebut ke dalam kawah Gunung Doom. Cincin tersebut merupakan milik Sauron, Penguasa Kegelapan yang kembali bangkit setelah tertidur ribuan tahun dan berambisi untuk merebut kembali cincin miliknya. Jika Sauron berhasil mendapatkan cincin itu kembali, maka dipastikan seisi Middle Earth akan dinaungi kegelapan untuk yang kedua kalinya.




7. The Matrix (1999)
[Image: 07.jpg]


Film ini berawal darai keinginan beberapa orang yang ingin mengunakan 'virtual reality untuk memenjarakan musuh-musuhnya dan membelenggu kebebasan manusia. Seorang pekerja korporat komputer Thomas Anderson (Keanu Reeves) biasa dipanggil Neo baru menyadari bahwa kehidupan yang ia jalani di tahun 1999 bukanlah kehidupan sebenarnya, tapi merupakan sebuah dunia palsu yang dibuat dalam sebuah sistem komputer oleh para Agents sebagai bagian dari perbudakan manusia. Sistem komputer tersebut dinamakan The Matrix. 


Morpheus (Laurence Fishburne), seorang pejuang pembebasan umat manusia, berhasil meyakinkan Neo bahwa ialah satu-satunya orang yang dapat mengakhiri ilusi perbudakan tersebut. Bersama Trinity (Carrie-Anne Moss), Neo berpacu dalam setiap detik, setiap gerak, dan setiap strategi paling berbahaya dalam dunia penuh efek digital untuk bertahan hidup, dan, untuk keluar dari The Matrix.





6. Forrest Gump (1994)
[Image: 06.jpg]


"Hidup bagaikan sekotak coklat. Kau takkan pernah tahu apa yang akan kau dapatkan." Begitulah kalimat yang selalu terngiang dalam ingatan Forrest Gump (Tom Hanks ) dalam menjalani kehidupannya. Kalimat bijak itu selalu dikatakan oleh sang ibu; Ny. Gump (Sally Field ) yang sendirian membesarkannya sejak kecil.



Dari lahir, Forrest Gump ditakdirkan kurang beruntung dari anak-anak lainnya dikarenakan hanya memiliki IQ sebanyak 75 saja, yang artinya intelijensinya di bawah rata-rata anak normal. Ibu yang menyayanginya berjuang keras agar Forrest disekolahkan di sekolah umum, bukannya sekolah luar biasa, selayaknya anak normal yang lain.




Karena memiliki masalah dengan punggungnya yang bengkok, Forrest kecil pun harus menggunakan penopang kaki untuk meluruskan tubuhnya. Karena kekurangannya itulah, Forrest kecil selalu menjadi bahan ejekan dari orang lain hingga dewasa. Namun sahabatnya sejak kecil; Jenny (Robin Wright ) selalu mendukung dan membelanya. Walaupun memiliki banyak kekurangan, Forrest Gump toh tetap menjadi seorang pemuda yang lugu dan baik hati.




Namun di balik kekurangannya, Forrest juga memiliki kelebihan yaitu bisa berlari cepat bagai angin. Kelebihan ini baru disadarinya saat teman-teman semasa kecilnya yang jahil berusaha mengerjainya sewaktu dia masih menggunakan penopang kaki. Dengan kemampuan berlarinya inilah, perjalanan hidup Forrest yang luar biasa pun dimulai.




Bergabung dengan tim futbol di tempat kelahirannya di Alabama, Forrest pun berhasil mendapatkan beasiswa ke perguruan tinggi berkat kemampuan larinya yang sulit ditandingi. Setelah lulus kuliah, Forrest pun mendaftar masuk ke Angkatan Bersenjata dan setelah menjalani masa pelatihan, dia dikirim ke Vietnam sebagai prajurit Amerika Serikat.




Di medan pertempuran itulah, Forrest mengenal Bubba (Mykelti Williamson), teman seperjuangannya serta komandannya; Letnan Dan Taylor (Gary Sinise ). Sayangnya, dalam sebuah serangan mendadak yang dilakukan pasukan Vietkong, Bubba harus kehilangan nyawanya dan Letnan Dan terluka parah hingga harus rela kehilangan kedua kakinya. Sang letnan pun menyalahkan Forrest karena telah menyelamatkan dirinya dari pertempuran. Dia menganggap Forrest telah membuatnya kehilangan kesempatan untuk mati di medan tempur dengan kehormatan sebagai pahlawan.




Di mana pun Forrest berada, tetap saja dia selalu memikirkan sahabat sejak kecilnya, Jenny. Selama berada di surat, Forrest secara rutin mengirim surat pada Jenny di Amerika. Setelah kembali ke Amerika, keduanya pun dipertemukan setelah tak sengaja Forrest menghadiri sebuah pertemuan akbar yang dilakukan oleh para aktivis yang menentang perang di Vietnam.




Forrest yang mencintai Jenny mesti berpisah kembali dikarenakan kehidupan keduanya ditakdirkan sangat berbeda. Jenny yang ditemuinya kini menjalani hidup sebagai seorang hippie. Menyaksikan perjalanan hidup Forrest, kita akan mendapatkan banyak kejadian lucu sekaligus menyentuh.




5. Pulp Fiction (1994)
[Image: 05.jpg]


Vincent Vega dan Jules Winnfield adalah dua orang pembunuh bayaran yang sedang dalam misi memburu sebuah koper yang isinya telah dicuri dari bos mereka, Marsellus Wallace. Marsellus sedang 'dinas' ke luar kota. dan meminta Vincent menjaga istrinya, Mia, dengan mengajaknya pergi. Butch Coolidge adalah seorang petinju yang berurusan dengan Marsellus dan disuruh kalah dalam pertarungan terakhirnya.Ketika Butch akhirnya malah membunuh petinju lawannya, dia harus kabur dari Marsellus. Pumpkin dan Honey Bunny (bukan nama sebenarnya) adalah dua orang pencuri yang memutuskan untuk mencuri di tempat mereka makan.



4. The Dark Knight (2008)
[Image: 04.jpg]


Cerita di film terbaru Batman ini sebenarnya kelanjutan dari cerita film pertama nya(Batman Begins). Kisahnya sekarang kota Gotham diserang dengan berbagai teror. Batman (Christian Bale) dibantu oleh Letnan Jim Gordon dan Jaksa Harvey Dent (Aaron Eckhart) mencoba mengatasi kejahatan yang merajalela di jalanan danmenghadapi lawan berat dari sosok yang menamakan dirinya The Joker (Heath Ledger).


Joker berani meneror kota Gotham soalnya Bos Mafia Marconi kan udah di penjara, jadinya sekarang mafia di Gotham udah nggak ada lagi yang mimpin, jadi Joker mulai melakukan peran jahatnya di kota ini. Sepertinya kini Batman harus menghadapi Joker dengan sulit, karena tampaknya Joker merupakan musuh yang tangguh karena dia pandai dalam strategi. Dia bagus menyusun rencana jahatnya seperti menjebak mantan kekasih Bruce Wayne atau mantan kekasihnya Batman yaitu Rachel Dawes (Maggie Gyllenhaal) yang sekarang menjalin hubungan dengan Dent. Bahkan Dent pun juga akan berubah menjadi Two Face karena jebakan mautnya Joker ini.




3. The Godfather (1972)
[Image: 03.jpg]


Cerita dimulai sebagai "Don" Vito Corleone, kepala sebuah "keluarga " Mafia New York, mengawasi pernikahan putrinya. Anak kesayangan-Nya Michael baru saja pulang dari perang, tetapi tidak berkeinginan untuk mengambil bagian dari bisnis ayahnya. Melalui hidup Michael bisnis keluarga menjadi jelas. Usaha keluarga menjadi legal, murah hati kepada mereka yang memberi hormat, tetapi kekerasan kejam merupakan hukuman yang lumrah setiap kali ada penghalang. Don Vito tinggal di jalan negara asal, tetapi sering kali datang ke Amerika dan beberapa tidak ingin mengikuti cara-cara lama. Saingan datang dari keluarga Corleone ingin mulai menjual obat di New York, dan kebutuhan pengaruh Don untuk melanjutkan rencananya. Benturan nilai memudar Don dunia lama dan cara baru akan menuntut harga yang sangat mahal, terutama dari Michael, semua demi keluarga.



2. Fight Club (1999)
[Image: 02.jpg]


Norton berperan sebagai Jack, penderita insomnia Kronis yang putus asa dan ingin lepas dari hidupnya yang sangat membosankan. Di saat itulah Dia bertemu Tyler (Pitt) penjual sabun Karismatik dengan pandangan hidupnya yang sinting. Tyler percaya bahwa perbaikan diri adalah untuk orang lemah, dan merusak diri membuat hidup lebih berarti. Tak lama kemudian, Jack dan Tyler saling memukul hingga babak belur di areal parkir disebuah bar, baku hantam mengerikan yang membawa kepuasan tersendiri. Untuk menunjukkan kepada orang lain kenikmatan sederhana dari kekerasan fisik, Jack dan Tyler membentuk sebuah klub bertarung rahasia, yang menjadi sangat sukses. Tapi ada kejutan mengerikan menanti Jack, yang akan membuat ia berubah.



1. The Shawshank Redemption (1994)
[Image: 01.jpg]


Dipenjara dalam waktu lama tidak selalu membuat narapidana menjadi putus asa. Dalam penjara pun bisa terbina sebuah persahabatan antara narapidana yang cukup mengharukan seperti yang disajikan dalam film drama besutan Frank Darabont pada tahun 1994 yang bertajuk The Shawshank Redemption. Film ini dibintangi oleh dua aktor beken Hollywood yaitu Morgan Freeman dan Tim Robbins.



Diadaptasi dari sebuah cerita pendek karya pengarang beken Stephen King, kisahnya yang berlatar pada tahun 1947 di Maine, Amerika Serikat ini dimulai dengan seorang bankir muda yang kariernya sedang menanjak, Andy Dufresne (Tim Robbins) dijatuhi hukuman penjara seumur hidup lantaran bukti-bukti yang ada menunjukkannya adalah pembunuh istrinya dan juga pria selingkuhan istrinya itu, padahal sebenarnya ia bukan pelakunya. Andy kemudian dikirim ke sebuah penjara bernama Shawshank Prison yang dipimpin oleh Sipir Samuel Norton (Bon Gunton).




Di sana, Andy pada mulanya sangat terisolasi dan kesepian, namun ia lalu menyadari bahwa dalam hatinya masih tersimpan sepercik harapan. Ia kemudian bersahabat dengan Red (Morgan Freeman), narapidana seumur hidup lain yang bisa mengatur apa saja di penjara tersebut. Red yang membantu Andy bisa bertahan di penjara yang sangat keras itu. Tidak hanya itu, berkat kemampuan finansialnya itulah Andy mendapatkan teman dari kalangan penjaga penjara, Hadley (Clancy Brown) lantaran membantu Hadley meminimalisasi pembayaran pajak secara legal.




Tidak lama kemudian penjaga penjara lain baik dari Shawshank Prison maupun beberapa penjara terdekat meminta advis keuangan dari Andy. Sehingga Andy pun diberikan ruang terpisah untuk mengerjakan keuangan para penjaga di balik topeng mengelola sebuah perpustakaan bersama salah satu narapidana tua. Sipir Norton yang akhirnya mengetahui perbuatan Andy, pun meminta Andy agar melakukan pencucian uang baginya. Tetapi Andy tetap punya impian sendiri yang dirahasiakan dari siapapun kecuali Red.




Seperti apa impian rahasia Andy itu yang hanya diberitahukan kepada Red? Akankah Andy tidak pernah keluar dari penjara tersebut?



7 Film Dengan Durasi Terlama di Dunia

Menonton film memang sebuah kegiatan yang mengasyikan. Sekedar melepas penat,iku menonton film bisa menghabiskan paling lama 2 sampai 3 jam. Namun apa jadinya jika film yang kita tonton sampai berjam-jam. Beriku 7 Film Dengan Durasi Terlama di Dunia.


7.Berlin Alexanderplatz

Meskipun "Berlin Alexanderplatz" adalah sebuah acara televisi yang memiliki durasi panjang yang ekstrim, itu sebenarnya dapat dkatakan sebuah film, dan merupakan film narasi terpanjang dalam sejarah. Film ini berlangsung selama 15,5 jam yang mengeksploitasi seorang pria bernama Franz Biberkopf dan daerah Berlin - Alexanderplatz - di mana dia hidup.


6.24 Hours Psycho

Apa itu “24 Hour Psycho”? itu adalah film tentang seorang psycho selama 24 jam yang benar-benar membuat kita menjadi psycho.


5.**** Atau Four Stars

adalah sebuah film eksperimental yang dibuat oleh Andy Warhol yang terdiri dari gulungan film yang tak terhitung jumlahnya. Dengan durasi sepanjang 25 jam, film ini adalah salah satu dari sepuluh film terpanjang dalam sejarah dan mengandung seks grafis, gambar kosong, frame putih bersih dan ledakan musik yang sangat keras.


4.The Longest Most Meaningless Movie in the World

Ironisnya, dan meskipun film ini berdurasi dua hari, “The Longest Most Meaningless Movie in the World” hanya dapat menjadi kandidat ketiga di daftar sepuluh film terpanjang dalam sejarah. Film yang benar-benar tidak ada artinya ini merupakan kompilasi yang tak ada habisnya dari iklan, berita, dan cuplikan berita saham tahun 70 an.


3.The Cure for Insomnia

Direktur John Henry Timmis IV benar-benar memiliki rasa humor. “The Cure for Insomnia,” salah satu dari tujuh film terpanjang dalam sejarah, berjalan “hanya” sekitar 87 jam, atau tiga hari dan lima belas jam, dan terdiri dari penyair yang membaca puisi sepanjang 4000 halaman, diselingi dengan adegan porno dan rock and roll. Benar-benar obat yang ampuh untuk penyakit sulit tidur.


2.Matrjoschka

Film Jerman ini benar-benar memberikan pengalaman mengerikan selama 95 menit, tunggu ada yang salah maksudnya adalah 95 jam!! Nah, jika Anda tidak ada kegiatan dalam empat hari film ini dapat menghibur Anda dengan gambar seorang anak naik sepeda dengan background rumah yang bergerak sangat perlahan dan gerakan tersebut sangat lambat sehingga tidak terlihat dengan mata manusia.


1.Cinématon

Ini adalah film terpanjang dalam sejarah. Berapa lama? Oh, hanya sekitar 150 jam. Dan butuh lebih dari 30 tahun untuk membuat film ini. Film Ini juga terdiri dari tiga bagian sketsa diam selama setengah menit. Apakah ada gunanya? Laporan surat kabar Guardian yang memberikan komentar “terlalu berlebihannya sebuah eksistensi dalam percakapan manusia”


Ada Gak Ya Yang Nonton Fil Terlama Di Dunia?
Kalo Ada Bener-Bener Kuat Matanya Ngadepin Tipi Berjam-Jam.