Medan.
Tidak terasa waktu enam bulan berlalu, sejak penganugrahan Festival
Film Anak (FFA) 2012 di gedung serba guna Radio Republik Indonesia (RRI)
Medan. Kemeriahan dan ekspresi bahagia para peserta dan pendukung para
komunitas film anak akan kembali disuguhkan di tahun ini, bahkan
sepertinya akan jauh lebih meriah dan kompetitif.
Lebih
dari 50 perwakilan tiap komunitas telah mengikuti kegiatan Technical
Meeting (TM) untuk kompetisi FFA dan Festival Teater Anak (FTA) 2013
yang diselenggarakan oleh Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
(PKPA) bekerjasama dengan Sineas Film Dokumentary (SFD), komunitas
Opique Pictures dan Aliansi Komunitas Film Anak (AlKoFiA) Sumut (Kamis,
06/06). Itulah jawabannya mengapa pada tahun ini bisa dikatakan akan
jauh lebih meriah, selain kompetisi film anak, kompetisi teater anak
juga akan mewarnai perjalanan kompetisi menuju penganugrahan bulan
Agustus mendatang.
Diantara
para komunitas masih terdapat para komunitas yang lama, namun juga
bermunculan komunitas baru. Pekan Production, YPSA Medan Morena, Kompaz
Production, Windows Production, Medan Magnet, Oriza Sativa Production,
Bengkel Film SKA, Pondok Surya Production, WWB Production, Fila
Komunitas, PPA MDC, dan Qosmic Video Editing merupakan beberapa
komunitas yang hadir dalam TM tersebut.
Sedangkan
untuk kompetisi teater, para perwakilan komunitas yang hadir adalah
Pekan Teater, MDC Teater, Dharma Teta, Roteta, Teater Temuga, dan Koala
Teater. Memang untuk teater ini adalah festival yang pertama, namun
dalam perjalanannya sudah ada tambahan peserta yang memiliki komitmen
untuk ikut berkompetisi.
Dalam
TM ini, para narasumber memberikan gambaran secara jelas tentang alur,
mekanisme dan materi-materi yang memperdalam para peserta untuk cerita
yang nantinya akan diproduksi, baik dalam film maupun teater. Para
narasumber merupakan orang yang memang cukup paham dengan fokus
aktivitasnya, dan mereka adalah Misran Lubis untuk persepsi anak dan
penguatan ide cerita sesuai dengan tema, Onny Kresnawan untuk penguatan
bidang cinematografi, Eddy Siswanto untuk penguatan karakter aktor, dan
Drs. Yusrianto memperdalam penggarapan teater secara detail.
Sumber