Tak
mesti berbiaya mahal, cukup sekitar Rp 1 – 2 jutaan saja, beberapa anak
Medan ternyata masih punya kreatifitas dan keberanian untuk membuat
film, khususnya film indie. Selama ini memang ada anggapan kalau membuat
film tentu harus punya dana besar, biasanya sampai ratusan juta bahkan
miliaran rupiah. Akan tetapi, kali ini, anak Medan ingin membuktikan
bahwa dengan biaya yang minim tetap bisa menghasilkan karya film.
Hal demikian terungkap dalam konferensi pers dan diskusi Premiere
Film Omnibus “Bohong” yang diadakan di Rimba Kafe, Senin (20/5), di Jl
HM Joni, Medan. Konferensi pers yang disampaikan 5 orang sutradara film
(Andi Hutagalung, Imanuel, Opiq, Hendry, dan Abrar) tersebut memaparkan
bagaimana perilaku berbohong menjadi hal tematik dalam film omnibus
(gabungan dari 5 film pendek) tersebut. Termasuk juga bagaimana mereka
membicarakan seputar proses anak Medan berkarya dan berkreatifitas saat
pembuatan film ini dalam keterbatasan, misalnya menyangkut soal dana
atau fasilitas saat memproduksi film-film mereka. Apalagi tentang minat
masyarakat terhadap film karya anak Medan dan minusnya sponsor dari
pemerintah atau dinas terkait, terutama dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Sumatera Utara & Kota Medan.
Menurut Andi dari Media Identitas (MiD), diluncurkannya Film Omnibus
“Bohong” yang terdiri atas 5 film ini merupakan proyek idealis 5
komunitas film indie di Medan, yaitu gabungan dari, film Kong Kali Kong
(produksi Media Identitas), Kontradiksi (produksi Manuproject), Segi
Empat (produksi Matasapi Film), Ego (produksi Opiq Pictures), dan Seribu
(produksi Rumah Film – Rufi). “Niat awalnya ingin menjelaskan kepada
publik bahwa gairah dan potensi anak Medan untuk memproduksi film masih
cukup baik,” jelasnya.
Mengenai tema sentralnya soal kata “bohong”, Hendry menambahkan, ke 5
film yang rata-rata berdurasi 15 menit ini bercerita tentang masifnya
perilaku kebohongan dan manipulasi di semua kalangan saat ini. Ada juga
kisah selingkuh yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, penyelewengan
tender project dll. Jadi, film Omnibus Bohong ini merupakan refleksi
para penggiat film indie di Medan terhadap realitas yang terjadi, yaitu
menyangkut perilaku berbohong yang terlanjur dianggap biasa. “Semoga
film ini dapat memberi pencerahan kepada masyarakat bahwa bohong itu
sesuatu hal yang salah dan mengakibatkan berbagai akibat buruk,” tutur
Hendry.
Berangkat dari kenyataan inilah, Andi, Hendry, Imanuel, Opiq, dan
Abrar yang tergabung dalam Komunitas Film (KoFi) Sumut meluncurkan film
Omnibus “Bohong”. Bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional, mereka
pun berharap, peluncuran film Omnibus “Bohong” pada bulan Mei ini dapat
menjadi motivasi bagi kebangkitan film Medan dan Sumatera Utara.
5 sutradara dan produser film indie ini, sangat optimis bahwa film
anak Medan harus bangkit seiring dengan kekompakkan dan saling apresiasi
antar insan film di Medan. “Bagaimanapun, kita butuh dukungan, baik
dari para pembuat film maupun masyarakat pencinta film Medan. Sebab di
omnibus ini paling tidak kami ingin mengangkat sosial budaya Medan dan
Sumut melalui film. Meski dengan keterbatasan dana, tetapi kelahiran
omnibus ini merupakan wujud kekompakkan insan muda film di Medan.
Apalagi dengan keterbatasan dana tersebut, rasa solidaritas menjadi
perekat bagi kemajuan dan kreatifitas film karya anak Medan di masa
mendatang,” ujar Andi.
Adapun film-film yang berlatar belakang kota Medan dan wilayah Sumut
ini akan diputar pada 21-22 Mei di Fakultas Bahasa dan Seni Unimed.
Rencananya, kata Andi, film-film ini juga akan di-roadshow-kan ke
beberapa daerah di Sumut, seperti di Rantauprapat, Berastagi, Tebing,
dan beberapa tempat lainnya. “Tak tertutup kemungkinan juga akan diputar
di luar Sumut. Tapi kami sangat ingin ada kerjasama dengan
sekolah-sekolah untuk pemutaran film ini, karena pesan moral yang
dibawanya dapat kita jadikan pelajaran dalam hidup” jelasnya. (Juhendri)