Film perjuangan marak di bioskop tanah air pada era 1980-an. Tapi bila meniliki perjalanan perjalanan perfilman Indonesia, sudah ada puluhan film yang bertema pertempuran. Dari sebanyak itu, hanya beberapa yang paling sering di putar di televisi. Kami memilih 10 film bertema perjuangan Indonesia, daftar berikut berdasarkan Tahun rilis.
Perawan di Sektor Selatan (1971)
Film durasi 137 menit yang di sutradrai Alam Surawidjaya ini mengangkat sisi lain saat perang kemerdekaan Indonesia. Secara keseluruhan film ini seperti sebuah reportase. Laura jadi titik sentral cerita film ini. Karena sakit hati akan perlakuan gerilyawan republik hingga ibunya meninggal, Laura memihak Belanda dan diselundupkan sebagai mata-mata ke pasukan Kapten Wira (Kusno Sudjarwadi) di Sektor Selatan, suatu daerah pedalaman terpencil. Laskar rakyat ini selalu merepotkan Belanda. Laura menyamar sebagai Fatimah dan mengaku kakak anggota Laskar yang ditawan Belanda. Ia berhasil membuat diperebutkan beberapa anggota Laskar, sementara antara Wira dan Kobar (Lahardo), juga terjadi pertentangan karena sikap Kobar yang main babat, senang perempuan dan berjudi.
Konflik ini memuncak dengan pengepungan Kobar atas markas Wira. Melihat situasi ini, lewat penghubungnya Laura mengundang pesawat Belanda menyerbu dan membebaskan ahli perang urat syaraf yang ditawan Wira. Merasa diketahui penyamarannya, Laura lari dan akhirnya tewas di pelukan Rengga (Dicky Zulkarnaen), anggota Laskar yang dicintainya.
Janur Kuning (1979)
Janur Kuning di produksi pada tahun 1979. Film yang di sutradrai oleh Alam Rengga Surawidjaja ini di bintangin antaralain oleh Kaharudi Syah, Deddy Sutomo, Dicky Zulkarnaen, Amak Baldjun dan Sutopo H.S film ini merupakan film kedua tentang peristiwa serangan umum 1 maret 1949 (sebelum film enam jam di jogja yang di produksi 1951). Film ini bisa di bilang dengan biaya termahal saat itu, sekitar 375 juta dan sempat macet sebulan saat syuting karena kehabisan biaya. Biaya sebanyak ini di gunakan untuk membuat 300 seragam tentara dan seragam untuk 8000 orang pemain figuran.
Film ini mendapatkan mendali emas PARFI, FFI 1980 untuk pemeran pria (Amak Baldjun), Plaket PPFI, FFI 1980 untuk produser Film yang mengolah perjuangan bangsa. Unggulan FFI 1980 untuk pemeran pembantu pria (Amak Baldjun).
Janur kuning menceritakan perjuangan pejuan indonesia dalam meraih kemerdekaan yang di rebut oleh pasukan sekutu dan berhasil merebut kota yogyakarta selama 6 jam. Janur kuning adalah lambang yang di pakai pejuang sebagai perjuangan saat itu.
Serangan Fajar (1981)
Film yang disutradarai
Arifin C. Noer ini menampilkan beberapa fakta sejarah yang terjadi di
daerah Yogyakarta.Peristiwa-peristiwa patriotic itu di antaranya penaikkan
bendera Merah Putih di Gedung Agung, penyerbuan markasJepang di Kota
Baru, penyerbuan lapangan terbang Maguwo dan seranagn beruntun di waktu
fajar ke daerah sekitarsalatiga, Semarang. Ada juga cerita Temon (Dani Marsuni),
anak laki-laki kecil yang masih lugu ini tampil disela-selaperang bersama
neneknya (Suparmi). Room (Amoroso Katamsi) dari keluarga bangsawan ikut gigih
membantu pejuang.Sementara istrinya selalu takut kehilangan kasta sebagai
bangsawan, karena salah satu anaknya menjalin cinta denganseorang pemuda
pejuang dari rakyat jelata.
Kereta Api Terakhir
(1981)
Sebuah kisah dengan
latar belakang gagalnya perjanjian Linggar Jati. Tentunya adegan
pendekatan romantic, baikterhadap kepahlawanan maupun kisah cinta di baliknya.
Markas besar tentara di yogya memutuskan menarik semuakereta api yang ada
di Yogya. Letnan Sudadi (Rizawan Gayo), letnan Firman (Pupung Haris) dan
sersan tobing (GitoRollies) ditugaskan mengawal kereta yang diberangkatkan dari
Stasiun Purwokerto, Sudadi mengawal kereta pertama.Firman dan Tobing mengawal
kereta terakhir. Perjalanan kereta terakhir yang penuh hambatan menjadi
inti cerita.Para pengungsi yang memenuhi kereta dan serangan pesawat Belanda
memperkaya alur cerita. Diselipkan juga kisahcerita antara Firman dan dua Retno
yang ternyata gadis kembar.
Pasukan Berani Mati
(1982)
Masa ini terjadi pada
saat perang kemerdekaan, diantara sebuah kota kecil telah direbut oleh
tentara Belandasetelah menjatuhkan bom-bom dan menyerang kota tersebut dengan
gencar oleh pasukan-pasukan Belanda yang diperkuat kendaraan-kendaraan Panser.
Kapten Bondan sebagai komandan pasukan di kota itu
memerintahkanpasukannya untuk mundur bersama penduduk guna menyusun kekuatan
untuk mengadakan serangan gerilya.
Lebak Membara (1982)
Dengan latar belakang
penjajahan Jepang di daerah Lebak dekat Cirebon. Seorang pemuda perkasa
bernama Herman(George Rudy) ditahan di markas tentara Jepang. Karena membela
gurunya yang dianggap bersalah. Tapi kemudian diadibebaskan oleh Letnan
Izumi (Usman Effendy) dan Kapten Nakamura (El Manik). Tanpa setahu
komandannya,serdadu Jepang memperkosa Marni (Minati Atmanegara), kekasih
Herman. Kejadian ini membuat Herman marah dankemudian bergabung dengan kelompok
pejuang lalu menyerang markas Jepang. Film garapan Imam Tantowi ini
menjadifilm unggulan di FFI 1984 untuk scenario Terbaik dan Pameran Pembantu
Wanita Terbaik (Dana Chistina).
Komando Samber Nyawa
Film perjuangan
berdurasi 86 menit ini di sutradarai Eddy G. Bakker. Bintang utama dalam
film ini adalah BarryPrima, Yenny Farida, Advent Bangun; Anton Samiat,
Didier Hammel, Harry Capri. Ceritanya, Peleton Serna Hasyimdari Kompi
Letnan Widodo adalah pasukan yang terdiri dari orang-orang pemberani.
Untuk menggantikan anak buahSersan Hasyim yang gugut, maka didatangkan Kopral
Abimanyu. Abimanyu seorang yang perlente, tidak banyak bicaradan tidak
disukai Sersan Hasyim. Hasyim mengira, abimanyu hanya pandai bersolek dan tak
mampu bertempur. Namunkenyataannya lain. Abimanyu punya perhitungan matang dan
kewaspadaan yang tinggi. Hal ini dia buktikan ketikaberhasil menyelamatkan
pasukan dari ancaman ranjau darat dan punya andilmembebaskan Desa Marga
Sari dariserbuan Belanda.Dalam penyerbuan markas Belanda di Gunung Kapur,
Sersan Hasyim mengerahkan anak buahnya termasuk Gardini,kekasihnya. Tanpa
sepengetahuan teman-temannya, Abimanyu memasang dinamit di sekitar Gunung Kapur.
GunungKapur berhasil diledakkan dan hancur.
Nagabonar (1987)
Film berdurasi 95
menit ini digarap sutradara M.T. Risyaf pada 1987. Nagabonar (Deddy Mizwar),
adalah seorangpecopet yang mendapatkan kesempatan menyebut dirinya seorang
Jenderal di pasukan kemerdekaan Indonesia diSumatera Utara.Pada awalnya
Nagabonar melakukan ini hanya sekedar untuk mendapatkan kemewahan hidup
sebagai seorang jenderal,akan tetapi pada akhirnya dia menjadi seorang tentara
yang sesungguhnya, dan memimpin Indonesia dalampeperangan bersama
pasukannya termasuk Kirana (Nurul Arifin), Bujang (Afrizal Anoda), dan Mak
(RoldyahMatulessy).Film Nagabonar memborong enam Piala Citra dalam ajang FFI
1987, yakni untuk kategori Film terbaik, Aktor terbaik(Deddy Mizwar), Pemeran
Pembantu Terbaik (Roldiah Matulessy), Cerita Asli dan Skenario Terbaik (Asrul
Sani), Penata Suara Terbaik (Hadi Hartomo), dan Penata Musik Terbaik
(Franky Raden).
Selain itu, film ini juga menjadi filmIndonesia pertama yang masuk dalam seleksi film berbahasa asing di ajang Academy Award. Selain dibuat skuelnya(Nagabonar Jadi 2), tahun ini, Nagabonar kembali diputar ulang di bioskop setelah melewati proses remastering.
Tjoetnya’ Dhien (1988)
Film ini menceritakan
tentang pejuang wanita asal Aceh, Tjoet Nya’ Dhien dan bagaimana dia
dokhianati salah satu jendralnya , Pamglima Laot.Tjoet Nya’ Dhien di buat
tahun 1988 distudarai Eros Djarot. Syutingnya memakan waktu sekitar 2,5 tahun
denganmenghabiskan biaya sekitar 1,5 milyar rupiah. Film ini memenangkan
piala Citra sebagai film terbaik. DibintangiChristine Hakim sebagai Tjoet Nya’
Dhien, Piet Burnama sebagai panglima Laot, Rudy Wowor sebagai
SnouckHurgronje dan Slamet Raharjo sebagai Teuku Umar.Tjoet Nya’ Dhien jadi
film terlaris di Jakarta pada 1988 dengan 214.458 penonton (data dari
perfin). Film ini jugamerupakan film Indonesia pertama yang ditayangkan di
Festival Film Cannes pada tahun 1989. Film ini mendapat pialaCitra FFI 1988 untuk
Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Pameran Utama Terbaik, Cerita Terbaik, Musik
Terbaik,Fotografi Terbaik, dan Artistik.
Soerrabaja’45 (1990)
Film ini berdasarkan
kisah nyata di Surabaya saat merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.
Dalam pertempuran inibanyak Arek Suroboyo yang gugur. Yang kemudian
terkenal dengan sebutan peristiwa 10 November.Film ini dimulai ketka Jep[ang kalah
perang dan proklamasi kemerdekaan Indonesia berkumandang di
radio-radio.Ketika pasukan Inggris yang tiba di Surabaya, masyarakat menerima,
sebab pasukan Inggris datang untuk melucutitentara Jepang. Masalah-masalah
muncul ketika Inggris tidak mengakui kemerdekaan Indonesia.
Pemuda-pemudaSurabaya pun angkat senjata melawan Inggris.Film garapan Imam
Tantowi ini cukup unik, karena ada lima bahasa yang digunakan dalam
dialog para pemain. Yaitu ;Indonesia, Inggris, Jepang, Belanda, dan bahasa
Jawa. Film yang menghabiskan biaya sekitar 1,8 Milyar rupiah inidibintangi
Usman Effendy, Leo Kristi, Tuty Koesnender dan Juari Sanjaya. Film ini juga
mendapat piala Citra FFI1991 untuk sutradara Terbaik dan penghargaan Dewan Juri
FFI 1991 untuk Film yang menggambarkan semangat juangIndonesia.