Pengamat dan pekerja seni kota Medan, Mukhlis Win Ariyoga menilai
perkembangan dunia kreatifitas pembuatan film di Kota Medan semakin
menggeliat, ditandai dengan banyaknya komunitas-komunitas film
dokumenter yang saat ini bermunculan.
“Medan dulu punya rumah film di Sunggal, namun redup karena
anjloknya perfilman Indonesia kala itu. Namun, belakangan saya melihat
geliatnya kembali bermunculan,” ujar Mukhlis Win Ariyoga kepada Analisa,
Rabu (27/3).
Ia menjelaskan anak-anak muda Medan yang tergabung dalam beberapa
komunitas yang ada memiliki bakat, talent dan keterampilan yang cukup
bagus untuk memproduksi sebuah film. Modal utama untuk menuju
profesionalisme.
Dari beberapa film yang pernah di tonton, Mukhlis berujar komunitas
film dokumenter punya ciri khusus dan kualitas yang cukup bagus. Aktor
dan konsep cerita yang ditawarkan pun menarik, meskipun tidak jauh dari
persoalan romantisme remaja.
“Dengan budget, pengalaman, dan keterbatasan yang mereka miliki, saya
kira kreatifitas mereka patut diapresiasi. Sebab dukungan masyarakat
dan pemerintah sangat dibutuhkan untuk menumbuhkembangkan dunia sineas
di Medan,” ujarnya.
Peran pemerintah
Menurut aktor dalam serial TV Si Bolang dan Kisah Anak Nusantara yang
diputar TRANS 7 itu peran pemerintah tidak juga dapat dipisahkan.
“Mungkin saat ini belum menjadi prioritas, namun mengingat industri
kreatifitas di dunia entertainment semakin menjamur, ini dapat menjadi
ladang bisnis,” katanya.
Saat ini, katanya, rumah produksi (PH) hanya bermunculan di Jakarta
dan sekitar Pulau Jawa saja, untuk Sumatera belum ada. Pertimbangan
inilah yang memungkinkan rumah produksi lokal dapat berkembang pesat.
“Televisi swasta yang berpusat di Jakarta kerap kebingungan bila
menggarap cerita-cerita yang mengangkat tentang kultur daerah. Biaya
produksi yang tinggi karena harus menyeberangkan alat beserta crew dalam
jumlah yang banyak menjadi kendala utama. Hal ini yang seharusnya mampu
dilihat oleh para penggiat sineas dan komunitas film di Medan,”
ujarnya.
Sumber